Skip to main content

Posts

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi
Recent posts

Misi Hari Pertama

Selamat malam, karena aku menulis ini tepat malam hari. Sudah lama ya rasanya aku ga cerita disini. Karena mungkin sekarang aku bisa langsung cerita ke suami sih. Tapi kali ini aku sempetin nulis ini untuk arsip moment aja. Aku merasa mulai banyak kebahagian hadir tak terkira. Mulai dari beberapa hari yang lalu aku dihubungi pihak kampus, singkat ceritanya ijazah magisterku sudah bisa diambil. Dan hari ini, aku berhasil membuatnya bahagia dengan menemaninya berjuang. Mungkin memang benar awalnya ini iseng belaka, mengiyakan keinginannya untuk daftar sh*peefood. Dia bukan pengangguran, tapi dia memanfaatkan waktu luangnya. Dia hebat, dan kuat tentunya. Aku ga pernah menuntut dia secara financial. Setiap rezeki yang dia berikan, terasa selalu cukup untuk keluarga kecil kita. Alhamdulillah lingkungan yang baik membawanya menjadi pribadi yang lebih baik. Anw, balik lagi cerita tadi siang, aku nemenin dia jalanin "misi", awalnya dari daerah rumah kita ke daerah surabaya barat. Awa

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

Kita

Ada beberapa hal dalam hidup ini yang tidak akan pernah kita lupakan, tetapi ada juga hal yang harus kita lupakan. Cepat atau lambat kita akan menyadari bahwa kenangan indah akan terus menjadi kenangan, begitu pula dengan kenangan buruk. Dalam hidupku selama ini, ada hal yang tidak akan pernah aku lupakan termasuk bagaimana cara Allah mempertemukan kita. Unik, menarik, dan lucu. Aku tidak menyangkah bahwa kebetulan yang orang bilang tidak mungkin itu membawaku bertemu denganmu. Kebetulan yang semakin hari semakin membuatku merasa beruntung pernah ada dalam skenario itu. Tidak pernah terpikir olehku sebelumnya akan bersamamu sampai detik ini. Ribuan kilometer menambah keraguan meningkat setiap saat. Kekhawatiran bertambah berkali-kali lipat, tapi kamu mampu menenangkanku dengan cepat.  Bukan hanya kota yang berjarak, tetapi kepribadian yang tidak sama membuat kita saling belajar untuk saling mengerti. Budaya kita yang berbeda membuat kita saling berpendapat, sampai terkadang bertengkar

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.

Thanks.

Hari ini, aku mulai menyadari akan kata layak dan tidak layak. Dalam hidup aku diberikan banyak sekali pilihan untuk tetap bertahan. Menahan ego untuk tetap tinggal tapi tidak bahagia. Dulu aku pernah diposisi ini, bertahan dengan keadaan yang aku sendiri tidak bahagia ada didalamnya. Menghambat segala aktivitas yang seharusnya ada dalam hidup aku. Yang pada akhirnya aku bisa menentukan apakah bertahan itu layak dalam hidupku atau tidak. Keputusan yang aku ambil mungkin menyisakan luka tapi aku yakin itu sementara. Keyakinanku akan hal itu ternyata terwujud dalam bentuk email hari ini. Aku dinyatakan lulus dengan gelar yang aku impikan selama ini, dan dengan nilai baik. Dreamlist yang aku buat beberapa tahun lalu sebentar lagi terpenuhi satupersatu. Bukti bahwa sesuatu yang telah aku tinggalkan memang tidak layak aku  pertahankan. Menyesal? Tentu tidak, karena dengan adanya luka sementara itu aku belajar bagaimana rasa bahagia. Terima kasih karena terlalu banyak orang yang telah memban

Penyesalan Terberatku

Aku hidup dengan cukup, cukup segi ekonomi, cukup segi pendidikan, dan cukup segi perhatian. Tapi ada yang sesekali menggangguku, perhatian yang orang tua kasih terkadang membuatku tertekan hingga aku mencari perhatian itu dari orang lain. Layaknya pemuda pada umumnya, aku menggoda beberapa perempuan hingga akhirnya aku menemukannya. Waktu luang yang cukup banyak membuatku sering bertemu dengannya. Dan ini awal mulanya. Siang itu tepat di rumahku yang lain kota dengan rumah orang tuaku, aku mengajaknya main hingga kekhilafan itu terjadi. Kami sadar akan hal yang telah kami lakukan adalah salah, tapi terlalu pendek untuk kami berpikir apa akibatnya. Terjawab sudah setelah satu bulan lamanya, dia mengabariku dengan isak tangis bahwa dirinya hamil. Iya betul, hamil anakku. Bersama kami berpikir seminggu lamanya, bulat tekat kami untuk mengumpulkan keberanian bicara kepada kedua orang tuaku. Harga diri keluargaku telah aku bayar murah karena kesalahan ini. Benar dan sesuai bayanganku, kedu