Skip to main content

Rasanya Asam Manis

Setelah kejadian dimobil itu, aku banyak menguras otak buat berpikir. Dan sampai sekarangpun aku belum menjawab pertanyaan Adhi. Akhir-akhir ini dia sering banget antar jemput aku kesekolah, ke mall, bahkan belanja sama Bunda juga. Sore ini, sepulang sekolah dia berencana mengajakku ke tempat mainnya sama teman-temannya itu.

From : Adhi
To : Icha
Cha, nanti sore ikt ak ya? 
Mau yaa?

One message. Dari Adhi, ngapain ya dia sms aku?, pikirku. Open. Sebelum aku menjawab smsnya Adhi, aku dikagetkan dengan hentakkan kaki yang menuju ke arah ku. “Mana Handphone kamu!” Suara itu tidak asing buatku, bu Muji. “Jangan coba-coba buat menyalakan handphone saat pelajaran dimulai.” Bu Muji jahat banget sih, pikirku. Tenangkan dirimu Cha, sabar dulu ah, dendam kesemut sama guru itu, kata-kataku mulai melonjak-lonjak dalam hati. “Kamu ngapain sih Cha tadi?” Tanya Ita penasaran. “Emboh nggak tahu!” Jawabku jengkel. “Sabar Cha.” Kata Nadine bebarengan dengan tepukan Vina dibahuku.

Sepulang sekolah, aku tidak bisa pulang cepat karena urusan handphone tadi. Ini kenapa sih, guru ini selalu aja pengen cari masalah mulu, pikirku sebel. Mencoba meredam amarah masuk ke ruang BK. “Jangan diulangi lagi ya, ini handphonenya ibu kembalikan.” Kata-katanya sih baik tapi sudah terlanjur membuatku muak sih, pikirku lagi. “Langsung pulang Cha?” Tanya Vina singkat. “Tadinya aku mau pulang bareng Adhi, tapi kayaknya dia udah pulang.” Jawabku dengan nada sedikit sebel, bercampur sedih. “Kata siapa, aku udah pulang? Aku nungguin kamu Cha.” Itu suara Adhi, terdengar dari arah tangga sekolah. Wah, dia nunggu aku? apa mungkin ini, kenapa dia tidak pulang coba? Tanyaku dalam hati.

Di dalam mobil terasa sangat nyaman, dengan iringan lagu yang biasa aku dengarkan dengan Adhi. A Whole New World yang dibawakan Peabo Bryson and Regina Belle ini membuatku selalu mengingat Adhi. “Cha! Cha!” Sapa Adhi mengagetkanku. “Eh iya iya. Apa?” “Daritadi aku manggil kamu, kamunya malah ngelamun gitu, kenapa sih?” “Oh, maaf deh. Nggak kenapa-kenapa kok!” Jawabanku mulai tersendat-sendat. “Mau ya, aku ajak ke tempatnya anak-anak?” Tanya Adhi yang sedikit tidak ku perhatikan. Dia lucu banget sih, rambutnya itu loh, apalagi mukanya, bulet, kayak bayi, pikirku melamun melihat muka Adhi. “Cha! Cha! Ichaa!” Panggil Adhi mulai jengkel sepertinya. “Kamu kenapa sih, melamun terus, jadi mau nggak?” “Mau, mau, aku mau jadi pacar kamu!” Jawabku cerocos saja. OH MY GOD, ini aku ngelantur, please ku mohon Adhi tidak mendengarnya, jangan bilang kalau aku ini.. Aku ngelantur, hiks. “Icha? Kamu tadi bilang apa?” Pertanyaan Adhi membuatku mati gaya. Aku harus jawab apa in? Apa ini waktunya aku bilang ke Adhi, kalau aku juga suka sama dia jauh sebelum dia suka sama aku? Atau aku bilang aja, aku nggak ngomong apa-apa kok, atau, atau apa? Pikiranku makin penuh. “Cha, kamu tadi bilang apa?” Tanyanya lagi yang sekarang dengan senyumnya cuek. Mati gaya.

“Turun Cha!” Ajak Adhi. Owen, Danu, dan Ucul tidak ada terlihat. Kok sepi gini sih, tanyaku dalam hati. “Anak-anak kemana? Kok sepi?” Tanyaku ke Adhi yang mulai duduk disamping ring basket. “Nanti maleman mereka baru kesini, kenapa?” Jawaban Adhi membuatku bingung. Terus apa yang harus dilakuin disini kalau cuma berdua? Apa diam aja gini? Moga aja Adhi mengajakku ngobrol duluan, pikirku panjang. “Cha!” Sapanya seraya menepuk bahuku. “Iya? Kenapa ?” “Nggak apa-apa, aku cuma mau nanya.. jaajaajaa..” “Iya ja apa?” “Jawabanmu!” Hah? Aku harus jawab apa ini? Lagi-lagi aku harus merasakan hal seperti ini, jawabku dalam hati. “Jujur ya Dhi, sebenarnya itu aku juga..” Sebelum aku selesai mengatakan semuanya, “Halo! Kok cuma berdua? Yang lain mana?” Itu suara Nia, aku tidak menyangkah ternyata Nia juga sering ketempat ini.

Rencananya sabtu ini aku akan hunting bareng anak-anak, tapi di hari yang sama Adhi dan teman-temannya mengundangku untuk dateng ke acara yang mereka buat. Aku harus memilih yang mana? Apa mungkin aku batalin hunting padahal aku yang mengajak anak-anak, pikirku. “Cha, kamu bisa kan dateng besok sabtu?” Tanya Adhi seraya tetap menyetir. “Akuuu..” Jawabku bimbang. “Besok sabtu aku ada hunting bareng anak-anak.” Lanjutku, “Ya udah ajak aja anak-anak juga, biar tambah rame acaranya.” Jawaban Adhi membuat pikiran burukku hilang seketika. “Jadi temen-temenku boleh ikut?” “Tentu!”

Sabtupun datang, rencana awal adalah hunting bareng teman-temanku. Mungkin kita memang tidak ketempat mahal, mall, atau ke taman kota. Kita pergi ketempat pertama kalinya kita saling mengenal dekat. Zanggrandi Ice Cream, yah itu tempatnya. Perjalanan kesana, aku sempat berbicara tentang rencanaku untuk mengajak Ita, Vina, Nadine, dan Ryka untuk pergi keacaranya Adhi dan teman-temannya. Tadinya mereka menolak, “Ah, nantik kita malah kamu cuekin Cha!” Kata Vina. “Iya Cha, kita juga nggak mau ngganggu kamu sama Adhi.” Nadine mulai menolak. “Lagian kita juga nggak seberapa kenal sama temen-temennya juga.” Ita menambahkan. Setelah aku merayu mereka, akhirnya mereka setuju juga. “Oke deh, kita ikut!”

From : Adhi
To : Icha
Aku tggu jam 4 sore ya Cha..

Sms dari Adhi? Kenapa dia baru sms jam segini, padahal aku dan anak-anak baru saja sampai dirumah Vina, udah jam tiga lagi, gumamku. “Eh, acaranya Adhi jam 4 loh!” Kataku seraya menepuk bahu Ita. “APA? Jam 4? Gila! Buruan mandi deh!” Vina kaget dan makin dikagetkan lagi dengan suara dari kamar mandi Vina. Terdengar suara teriakan dari sana, “NADINE??!!”

From : Icha
To : Adhi
Maaf Dhi, aku gak bisa dateng.
Temenku masuk RS

Sent. Maafin aku Dhi, mungkin kamu sekarang kecewa, tapi kejadian ini yang membuatku tidak bisa, kataku dalam hati.

Setelah aku dan anak-anak menemani Nadine di rumah sakit, aku pamit ke Ita buat pergi keluar. “Ta, aku pergi bentar ya. Aku nggak enak sama Adhi, dia nggak bales smsku.” “Iya iya, aku tahu kok.” “Aku pergi dulu ya!” Kataku didepan Vina, Ita, dan Ryka. Yang menjawab hanya Ita dan Ryka, sepertinya Vina badmood, aku tidak berani mengganggunya.

From : Adhi
To : Icha
Gpp cha, kamu urusin aja temenmu

Sms masuk. Dari siapa ya? Apa dari Adhi? Tanya ku dalam hati. Aku buka sms itu, tapi kenapa Adhi bales smsnya singkat banget ya? Dia kayaknya marah sama aku, pikirku. “Kayaknya aku harus ketempatnya Adhi!”
Setelah aku sampai ditempat Adhi dan teman-temannya, aku melihat disana ada banyak orang. Termasuk ada Adhi tentunya, tapi aku memang tidak menyangkah kalau yang aku lihat itu Adhi menggandeng cewek. Apa sih yang aku rasain ini? Sakit? Sakit hati? Apa mungkin aku sakit hati meliat ini? Padahal kan aku memang bukan siapa-siapanya Adhi? Tapii.. pikirku makin panjang. Aku turun nggak ya? Apa aku tinggal aja? Dan terus pura-pura aku nggak pernah datang ketempat ini? Kataku dalam hati. Galau. “Kenyataannya ini rasanya asam manis. Apa emang bener Adhi cuma asal bilang suka sama aku!” Kataku sendiri didalam mobil.

Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.