Sebulan berlalu, penuh kebimbangan. “Jadi sampai sekarang kamu belum kasih jawaban ke Adhi, Cha?” Tanya Ita kepadaku. Bingung. Gimana aku jawabnya ya? Pikirku. “Loh? Kamu belum jadian sama Adhi?” Tanya Nadine dengan suara kerasnya. Sunyi. Hening. “Sstt, jangan rame-rame Nadine!” Sentak Vina reflek. Suasana kelas kembali seperti semula. “Hallo semuanya!” Sapa Ryka yang baru datang. “Ada Adhi tuh di depan kelas, lagi ngobrol sama temen-temennya loh!” Kata-kata Ryka membuatku kaget. Mungkin tidak sih, kalau dia kesini untuk lihat aku? Ah mana mungkin, paling juga kebetulan lewat, pikirku. Tertegun. “Cha, Adhi masuk kelas kita. Lihat deh! Dia lihat kamu!” Kata Ita dengan menepuk-nepuk bahuku. APA?. “Ehm, dia senyumin kamu loh!” Suara Nadine pun lenyap dalam pikiranku. Kaget. Bingung.
“Bundaaaaaa!” Teriakku dengan mencari Bunda. “Bun, Ita mau pamit pulang nih!” Kataku setelah melihat Bunda sedang merapikan meja makan. “loh? Kok buru-buru?” Tanya Bunda ke arah Ita. “Iya tante. Oh iya tante, malam tahun baru nantik, aku sama temen-temen mau bakar-bakar disini boleh?” “Ya boleh dong. Ajak anak Tante Rahmi juga loh!” Jawaban Bunda membuatku berpikir. Tante Rahmi? Tante Rahmi? OH MY GOD, itu nama mamanya Adhi. Jadi?
Malam tahun baru. Ramai bareng teman-teman. Sok sibuk, kesana kesini. Bakar sana, bakar sini. Senang. “Cha, Adhi nggak kamu suruh kesini?” Tanya Ita seraya menyiapkan ikan yang mau dibakar. “Gimana ngajaknya? Aku malu Ta.” “Ngapain malu se? Coba kamu SMS!” SMS tidak ya?.
To : Adhi
From : Icha
Anak-anak lagi bakar-bakar dirumahku
Kamu gak mau mampir?
Sent. Setelah aku membantu Ita dan teman-teman membakar ikan, tidak sengaja aku mendengar dering handphoneku. Ada SMS masuk.
From : Adhi
To : Icha
Aku masih di bali Cha
Nantik kalo aku plg, aku maen kerumahmu
“Adhi gak bisa dateng, dia lagi di Bali” Kataku lemas ke arah Ita. “Owalah, ya udah, kan ada kita” Sahut Vina dan Nadine, sepertinya mereka mendengar kata-kataku. Meskipun Adhi tidak disini, cukup senang dengan mereka. Ramai bersama, selain bakar ikan, kita juga menyalakan kembang api, dan petasan. Bahagia. Senang. Sampai tengah malam, aku dan teman-teman bermain-main. Tepat ku lihat jam menunjukan pukul dua belas, yah tengah malam. Terlihat orang di balik api itu, “Hai Cha!” Suara itu tidak asing bagiku. “Adhi!” Sentak Vina kaget. OH MY GOD. Apa dia benar-benar ada disana? Apa itu cuma banyangannya? Pikiranku mulai kacau. Mungkin aku sudah mengantuk. “Cha, itu Adhi!” Nadine menepuk bahuku. “Maaf ya ganggu kamu. Aku tadi di telpon Bundamu.”
“Kejadian tadi malem..” Kataku sempat terhenti ketika, “Sangat membuatmu bahagia haha” Tawa Vina dan Nadine di belakangku. Sejak kemaren malam, mereka memang menginap di rumahku. Cuma Ryka yang tidak menginap, karena dia sudah dijemput Hery, pacarnya. “Ssstt, kalian jangan rame-rame gitu!” Ku coba untuk menutup pintu kamar.
Tidak pernah mengira, apa coba yang ada dibenak Bunda, sampai telpon Adhi untuk datang kemaren malam. Bukankah dia bilang dia lagi di Bali. Apa secepat itu dia pulang? Mungkin dia bohong, atau mungkin dia memang tidak di Bali, kalau benar begitu berarti dia memang seorang pembohong, pikirku. “Apa sih Cha yang kamu pikirin?” Tanya Ita mengagetkanku. “Nggak papa. Aku cuma bingung aja. Waktu di SMS kemaren, dia bilang lagi di Bali. Ternyata dia bisa langsung kesini!” Kataku sedikit jengkel. Mulai terpancing emosi. “Aduh Cha. Dia kan emang beneran ke Bali. Tapi waktu kamu SMS dia itu, dia langsung pulang kesini. Dia ikut travel express. Kemaren dia cerita gitu” Cerocos Nadine dengan suara kecilnya. Apa mungkin?
Sore ini, aku sengaja mengajak Ita, Vina, dan Nadine untuk pergi ke taman kota. Entah kenapa, aku ingin pergi kesana. Mungkin karena aku jarang kesana, bahkan bisa dibilang tidak pernah, pikirku. “Ayo main kesana yuk!” Ajak Vina seraya menarikku. Suasana di taman kota, memang ramai. Tidak hanya anak kecil-kecil, remaja dan dewasa pun kumpul disini untuk beramai-ramai. “Vin, itu Adhi bukan sih!” Bisik Nadine kearah Vina yang terdengar olehku. Aku coba untuk mencari Adhi. Sebelum sempat aku menemukannya, Vina dan Nadine sudah menarikku untuk pergi menjauh. “Cha, gimana kalau kita makan disana aja! Laper nih” Kata Nadine. “Iya, Cha. Makan disana yuk!” Lanjut Vina. Bingung.
“Tadi aku denger Nadine bilang ke Vina, kalo disini ada Adhi. Dia dimana?” Tanyaku kepada Nadine dan Vina. “Aku nggak pernah bilang gitu Cha. Mungkin kamu salah denger.” Jawab Nadine dengan nada ragu. Tapi benar kok, aku denger Nadine bilang gitu ke Vina, pikirku. “Iya mungkin Cha. Kamu salah denger.” Kata Vina mencoba menyakinkan aku. meragukan, muka mereka terlihat sedang berbohong.
“Adhi!” Kataku kaget. “Icha!” Suara itu terdengar darinya seraya tersenyum. “Itu siapa?” Tanyaku dengan penasaran. “Ini sepupu aku. Namanya Nia!” Katanya membuatku legah. Kenapa aku legah? Apa mungkin karena tadinya aku kira Nia itu pacarnya? Pikirku. “Aku Icha!” “Aku Nia. Kamu pacarnya Adhi ya?” “Apa? Kamu tahu darimana?” “Adhi banyak cerita tentang kamu!” Banyak cerita bersama Nia disana. Ternyata, Adhi memang baik, dan ternyata juga benar, Vina dan Nadine tadi melihat Adhi, cuma mereka tidak berani bilang ke aku, karena mereka pikir Adhi bersama cewek akan membuatku sedih. Mereka baik kan?
Pagi ini, aku diajak Adhi pergi jalan. Dan Bunda pun mengijinkan. Dari awal memang Bunda sepertinya menginginkan aku sama Adhi deh, pikirku. “Ati-ati loh ya! Kalau Adhi nakal, telpon Bunda” Kata Bunda didepan ku dan Adhi. Adhi menjemputku dengan mobilnya. Yah, ku pikir memang dia jarang menggunakan sepeda motor. “Enaknya kemana ya Cha?” Tanya Adhi memulai pembicaraan didalam mobil. Sepertinya dia tahu, aku tidak pandai memulai pembicaraan. “Kan kamu yang ngajak, aku ikut aja!” Kataku dengan grogi. “Ya udah. Ikut aku aja ya. Tapi jangan grogi gitu dong!” Katanya seperti mengetahui apa yang ku rasakan. Aku tidak menjawabnya. Malu.
“Heh sapa itu?” Tanya salah satu temannya diluar mobil. Aku masih didalam mobil, Adhi sengaja tidak menyuruhku turun. Katanya, ini tempat mainnya dengan teman-temannya. Dia ingin mengenalkan aku dengan beberapa temannya. “Dia cewekku!” Jawab Adhi mengagetkanku. “Cha, turun yuk!” Ajak Adhi seraya membukakan pintu mobilnya. “Ini semua teman-temanku Cha!” Kata Adhi menunjukkan beberapa orang didepanku. “Kenalin, gua Owen!” “Gua Danu!” “Gua Bintang, tapi biasa dipanggil Ucul, karena kata seribu orang dari satu orang gua lucu, manis, nan imut.” Kata beberapa teman Adhi. Teman-temannya memang baik, dan cepat bergaul. Buktinya, tidak begitu lama aku bisa bercanda-tawa dengan mereka semua.
Aku senang mendapatkan teman baru. Setelah, tiga jam lebih aku berada disini, tidak ingin pulang rasanya. Bahagia. Ketawa bersama teman-teman Adhi dan Adhinya sendiri membuatku jadi lebih mengenal Adhi. “Cha, kita pulang yuk! Udah Sore.” Ajak Adhi melihatku. “Iya Cha, lu pulang aja!” Kata Danu. “Ya udah deh. Entar kapan-kapan aku diajak kesini lagi ya!” Pintaku kearah Adhi. Dia tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala. Aku berjalan kearah mobil dan masuk.
“Cha!” Sapa Adhi. Aku menoleh melihatnya, “Iya!” “Aku suka kamu!” APA? Bisa diulangin tidak ya? Aku tidak dengar, kataku dalam hati. “Cha!” Dia mencoba membubarkan lamunanku. “Aku bener-bener suka sama kamu Cha. Kamu mau kan jadi..” Kata-katanya aku sela, “Pacar kamu?” “Iya Cha, kamu mau kan?” Pertanyaannya membuatku kaget, kagum, bimbang, galau. Apa mungkin akhirnya Icha berpacaran dengan Adhi? Bukankah ini ending yang ku harapkan? Tapi kenapa aku ragu menjawabnya? Coba aku yakinkan, Adhi baik, dan aku memang menyukainya jauh sebelum dia dekat denganku. Tapi apa mungkin, harapan ini terwujud hari ini? Pikirku panjang. “Akuuu..” Ragu.
“Bundaaaaaa!” Teriakku dengan mencari Bunda. “Bun, Ita mau pamit pulang nih!” Kataku setelah melihat Bunda sedang merapikan meja makan. “loh? Kok buru-buru?” Tanya Bunda ke arah Ita. “Iya tante. Oh iya tante, malam tahun baru nantik, aku sama temen-temen mau bakar-bakar disini boleh?” “Ya boleh dong. Ajak anak Tante Rahmi juga loh!” Jawaban Bunda membuatku berpikir. Tante Rahmi? Tante Rahmi? OH MY GOD, itu nama mamanya Adhi. Jadi?
Malam tahun baru. Ramai bareng teman-teman. Sok sibuk, kesana kesini. Bakar sana, bakar sini. Senang. “Cha, Adhi nggak kamu suruh kesini?” Tanya Ita seraya menyiapkan ikan yang mau dibakar. “Gimana ngajaknya? Aku malu Ta.” “Ngapain malu se? Coba kamu SMS!” SMS tidak ya?.
To : Adhi
From : Icha
Anak-anak lagi bakar-bakar dirumahku
Kamu gak mau mampir?
Sent. Setelah aku membantu Ita dan teman-teman membakar ikan, tidak sengaja aku mendengar dering handphoneku. Ada SMS masuk.
From : Adhi
To : Icha
Aku masih di bali Cha
Nantik kalo aku plg, aku maen kerumahmu
“Adhi gak bisa dateng, dia lagi di Bali” Kataku lemas ke arah Ita. “Owalah, ya udah, kan ada kita” Sahut Vina dan Nadine, sepertinya mereka mendengar kata-kataku. Meskipun Adhi tidak disini, cukup senang dengan mereka. Ramai bersama, selain bakar ikan, kita juga menyalakan kembang api, dan petasan. Bahagia. Senang. Sampai tengah malam, aku dan teman-teman bermain-main. Tepat ku lihat jam menunjukan pukul dua belas, yah tengah malam. Terlihat orang di balik api itu, “Hai Cha!” Suara itu tidak asing bagiku. “Adhi!” Sentak Vina kaget. OH MY GOD. Apa dia benar-benar ada disana? Apa itu cuma banyangannya? Pikiranku mulai kacau. Mungkin aku sudah mengantuk. “Cha, itu Adhi!” Nadine menepuk bahuku. “Maaf ya ganggu kamu. Aku tadi di telpon Bundamu.”
“Kejadian tadi malem..” Kataku sempat terhenti ketika, “Sangat membuatmu bahagia haha” Tawa Vina dan Nadine di belakangku. Sejak kemaren malam, mereka memang menginap di rumahku. Cuma Ryka yang tidak menginap, karena dia sudah dijemput Hery, pacarnya. “Ssstt, kalian jangan rame-rame gitu!” Ku coba untuk menutup pintu kamar.
Tidak pernah mengira, apa coba yang ada dibenak Bunda, sampai telpon Adhi untuk datang kemaren malam. Bukankah dia bilang dia lagi di Bali. Apa secepat itu dia pulang? Mungkin dia bohong, atau mungkin dia memang tidak di Bali, kalau benar begitu berarti dia memang seorang pembohong, pikirku. “Apa sih Cha yang kamu pikirin?” Tanya Ita mengagetkanku. “Nggak papa. Aku cuma bingung aja. Waktu di SMS kemaren, dia bilang lagi di Bali. Ternyata dia bisa langsung kesini!” Kataku sedikit jengkel. Mulai terpancing emosi. “Aduh Cha. Dia kan emang beneran ke Bali. Tapi waktu kamu SMS dia itu, dia langsung pulang kesini. Dia ikut travel express. Kemaren dia cerita gitu” Cerocos Nadine dengan suara kecilnya. Apa mungkin?
Sore ini, aku sengaja mengajak Ita, Vina, dan Nadine untuk pergi ke taman kota. Entah kenapa, aku ingin pergi kesana. Mungkin karena aku jarang kesana, bahkan bisa dibilang tidak pernah, pikirku. “Ayo main kesana yuk!” Ajak Vina seraya menarikku. Suasana di taman kota, memang ramai. Tidak hanya anak kecil-kecil, remaja dan dewasa pun kumpul disini untuk beramai-ramai. “Vin, itu Adhi bukan sih!” Bisik Nadine kearah Vina yang terdengar olehku. Aku coba untuk mencari Adhi. Sebelum sempat aku menemukannya, Vina dan Nadine sudah menarikku untuk pergi menjauh. “Cha, gimana kalau kita makan disana aja! Laper nih” Kata Nadine. “Iya, Cha. Makan disana yuk!” Lanjut Vina. Bingung.
“Tadi aku denger Nadine bilang ke Vina, kalo disini ada Adhi. Dia dimana?” Tanyaku kepada Nadine dan Vina. “Aku nggak pernah bilang gitu Cha. Mungkin kamu salah denger.” Jawab Nadine dengan nada ragu. Tapi benar kok, aku denger Nadine bilang gitu ke Vina, pikirku. “Iya mungkin Cha. Kamu salah denger.” Kata Vina mencoba menyakinkan aku. meragukan, muka mereka terlihat sedang berbohong.
“Adhi!” Kataku kaget. “Icha!” Suara itu terdengar darinya seraya tersenyum. “Itu siapa?” Tanyaku dengan penasaran. “Ini sepupu aku. Namanya Nia!” Katanya membuatku legah. Kenapa aku legah? Apa mungkin karena tadinya aku kira Nia itu pacarnya? Pikirku. “Aku Icha!” “Aku Nia. Kamu pacarnya Adhi ya?” “Apa? Kamu tahu darimana?” “Adhi banyak cerita tentang kamu!” Banyak cerita bersama Nia disana. Ternyata, Adhi memang baik, dan ternyata juga benar, Vina dan Nadine tadi melihat Adhi, cuma mereka tidak berani bilang ke aku, karena mereka pikir Adhi bersama cewek akan membuatku sedih. Mereka baik kan?
Pagi ini, aku diajak Adhi pergi jalan. Dan Bunda pun mengijinkan. Dari awal memang Bunda sepertinya menginginkan aku sama Adhi deh, pikirku. “Ati-ati loh ya! Kalau Adhi nakal, telpon Bunda” Kata Bunda didepan ku dan Adhi. Adhi menjemputku dengan mobilnya. Yah, ku pikir memang dia jarang menggunakan sepeda motor. “Enaknya kemana ya Cha?” Tanya Adhi memulai pembicaraan didalam mobil. Sepertinya dia tahu, aku tidak pandai memulai pembicaraan. “Kan kamu yang ngajak, aku ikut aja!” Kataku dengan grogi. “Ya udah. Ikut aku aja ya. Tapi jangan grogi gitu dong!” Katanya seperti mengetahui apa yang ku rasakan. Aku tidak menjawabnya. Malu.
“Heh sapa itu?” Tanya salah satu temannya diluar mobil. Aku masih didalam mobil, Adhi sengaja tidak menyuruhku turun. Katanya, ini tempat mainnya dengan teman-temannya. Dia ingin mengenalkan aku dengan beberapa temannya. “Dia cewekku!” Jawab Adhi mengagetkanku. “Cha, turun yuk!” Ajak Adhi seraya membukakan pintu mobilnya. “Ini semua teman-temanku Cha!” Kata Adhi menunjukkan beberapa orang didepanku. “Kenalin, gua Owen!” “Gua Danu!” “Gua Bintang, tapi biasa dipanggil Ucul, karena kata seribu orang dari satu orang gua lucu, manis, nan imut.” Kata beberapa teman Adhi. Teman-temannya memang baik, dan cepat bergaul. Buktinya, tidak begitu lama aku bisa bercanda-tawa dengan mereka semua.
Aku senang mendapatkan teman baru. Setelah, tiga jam lebih aku berada disini, tidak ingin pulang rasanya. Bahagia. Ketawa bersama teman-teman Adhi dan Adhinya sendiri membuatku jadi lebih mengenal Adhi. “Cha, kita pulang yuk! Udah Sore.” Ajak Adhi melihatku. “Iya Cha, lu pulang aja!” Kata Danu. “Ya udah deh. Entar kapan-kapan aku diajak kesini lagi ya!” Pintaku kearah Adhi. Dia tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala. Aku berjalan kearah mobil dan masuk.
“Cha!” Sapa Adhi. Aku menoleh melihatnya, “Iya!” “Aku suka kamu!” APA? Bisa diulangin tidak ya? Aku tidak dengar, kataku dalam hati. “Cha!” Dia mencoba membubarkan lamunanku. “Aku bener-bener suka sama kamu Cha. Kamu mau kan jadi..” Kata-katanya aku sela, “Pacar kamu?” “Iya Cha, kamu mau kan?” Pertanyaannya membuatku kaget, kagum, bimbang, galau. Apa mungkin akhirnya Icha berpacaran dengan Adhi? Bukankah ini ending yang ku harapkan? Tapi kenapa aku ragu menjawabnya? Coba aku yakinkan, Adhi baik, dan aku memang menyukainya jauh sebelum dia dekat denganku. Tapi apa mungkin, harapan ini terwujud hari ini? Pikirku panjang. “Akuuu..” Ragu.
Comments
Post a Comment