Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.
Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget dan khawatir saat itu. Tapi aku rasa, dia juga yang menguatkan aku dan menyakinkan aku bahwa aku akan baik-baik saja.
Waktu demi waktu berjalan, sesuai dengan rencana kami. Alhamdulillah pengajuan mutasi suami untuk bisa kerja disini diterima. Beberapa waktu kedepan kami akan bisa satu rumah. Banyak sekali rezeki yang tak terduga lainnya sebelum hari itu terjadi. Mulai banyak gejala yang aku rasakan, gatal yang berlebihan membuat aku susah tidur. Aku memutuskan untuk pergi ke puskesmas terdekat. Periksa dari poli KIA, poli gizi dan psikologi, poli umum, sampai poli gigi. Dan semua dokter bilang kemungkinan gatal itu bisa dari hormon kehamilan, dan lagi-lagi aku hanya diberi beberapa vitamin.
Dan hari ini terjadi, hari dimana aku merasa sangat kehilangan. Sesaat setelah pulang kerja, aku ke kamar mandi dan iya, aku pendarahan. Badanku lemas dan perut aku rasanya tak tertahan. Aku langsung telfon suami, dan mengatakan apa yang terjadi. Rasa bersalah, menyesal, sedih, marah, campur jadi satu. Tapi lagi dan lagi dia yang menguatkan aku. "Apapun yang terjadi nanti, kalau memang ada apa-apa berarti memang itu bukan rezeki kita karena itu bukan kuasa kita". Apa yang dia katakan membuka sedikit ruang di hatiku untuk bersyukur dengan apapun yang telah terjadi.
Aku pergi kerumah sakit terdekat, untuk memeriksa keadaan kandunganku. Sempat menunggu beberapa lama, dan disaat USG berlangsung ternyata masih sama "tidak terlihat". Sampai dimana dokter menyarankan untuk USG Transvaginal, dan aku setuju. Setelah dilakukan, terlihat jelas bahwa kantong kehamilanku memang ada, tapi tidak ada janin yang berkembang didalamnya atau sering dibilang sebagai hamil kosong. Pendarahan yang aku alami itu adalah hal yang alami karena kehamilan kosong sejatinya akan berusaha mengeluarkan dirinya pada usia kehamilan 8-13 minggu. Allah masih sayang sama aku dan akan selalu sayang sama aku.
Comments
Post a Comment