Skip to main content

Terbang Melayang

Rasanya berbeda, seperti aku ingin terbang tapi tak kunjung bisa.
Aku ingin sekali punya sayap, yang bisa aku terbang melayang.
Bagiku, jika aku bisa terbang, aku bisa lupa dengan masalahku. Semuanya.
Pernah aku bertemu dengan dia, yang bisa menjadi sayap terindah untukku.
Tapi dia tak pernah membawaku terbang melayang.
Entah apa yang ada di pikirannya, entah apa yang belum bisa dia gapai.
Aku merasa berbeda. Dengannya, dengan semuanya.
Sebelum membawaku terbang, dia menjauh sampai tak terlihat.
Aku tak sanggup bertanya, apa tujuannya.
Karna aku tau, apa yang aku tanyakan jawabannya menyakitkan.
Ternyata, sebelum aku bertanya, jawaban itu datang dengan sendirinya.
Bidadari lain jawabannya.
Bukan lagi patah tapi hancur dan tak berbentuk.
Sayap itu bukan lagi milikku. Bukan lagi harapanku untuk bisa membawaku terbang melayang.

Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui ber...

21.07 10.02.20

Aku pernah larut dalam kesedihan yang akibatnya kondisiku semakin memburuk. Aku sering berpikir berlebihan yang membuat aku kebingungan sendiri. Iya sebenernya bukan itu yang mau aku ceritakan. Tapi ini soal kecewa (lagi) yang mungkin aku bingung bagaimana mengobatinya. Aku pernah sangat menyayangi, dan merasa sangat disayang. Tapi itu sesaat sebelum dia ga bisa nahan ego dan sikap angkuhnya. Aku diam, dan merenungkan tentang rasa yang kupunya. Mungkin benar jika rasanya tak sebesar rasaku. Dan mungkin benar jika aku bukan yang terbaik untuknya. Kalo ngomongin tentang ikhlas mungkin dengan waktu yang cukup lama kebersamaan ini sangat berarti untuk aku, yang tidak untuknya, buat aku susah mengikhlaskan semuanya. Tapi aku bisa apa? Sudah cukup dicampakkan berkalikali, sekali dua kali mungkin aku masih bisa mengalah, kalo suda berkalikali? Apakah aku masih harus percaya kalo ada cinta dihatinya? Atau cuma ego dan angkuhnya saja? Aku memang bukan wanita baik, tapi aku punya hati dan harg...

Hitam Putih

Vina's typograph