Skip to main content

Kosong

Aku gatau apa tujuanku menulis ini. Aku gatau apa harapanku menulis ini. Yang aku tau hanya aku ingin menulis ini dengan hati.

Dear..
Terlalu banyak hal yang kamu tidak mengerti, atau mungkin bukan tidak mengerti tapi kamu tidak mau mengerti. Jujur, aku selalu berusaha menuruti apa maumu. Bahkan dititik lelahpun aku tetap menurutimu. Tapi pernahkah kamu berpikir, bagaimana perasaanku? Aku menurutimu dengan hati, tapi kamu tak pernah melihatnya. Aku gaakan kasih contoh, karna kamu sudah dewasa. Kini ku serahkan kembali kepadamu rasa yang tulus dalam hati. Yang mungkin rasa ini, yang telah membagi kebahagian padaku. Setalah sore ini, aku tak bisa membayangkan bagaimana malamku tanpamu, hariku tanpamu, tanpa kasih sayangmu. Ternyata benar, sederas apapun hujan tiba, akan ada saatnya untuk redah. Dulu, kamu begitu mempertahankan aku. Dulu, kamu begitu menyayangiku. Dulu, kamu begitu berkorban untukku. Dulu, tapi itu dulu. Kini hujan mulai redah, akankah ada pelangi yang indah dihariku?

Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui ber...

21.07 10.02.20

Aku pernah larut dalam kesedihan yang akibatnya kondisiku semakin memburuk. Aku sering berpikir berlebihan yang membuat aku kebingungan sendiri. Iya sebenernya bukan itu yang mau aku ceritakan. Tapi ini soal kecewa (lagi) yang mungkin aku bingung bagaimana mengobatinya. Aku pernah sangat menyayangi, dan merasa sangat disayang. Tapi itu sesaat sebelum dia ga bisa nahan ego dan sikap angkuhnya. Aku diam, dan merenungkan tentang rasa yang kupunya. Mungkin benar jika rasanya tak sebesar rasaku. Dan mungkin benar jika aku bukan yang terbaik untuknya. Kalo ngomongin tentang ikhlas mungkin dengan waktu yang cukup lama kebersamaan ini sangat berarti untuk aku, yang tidak untuknya, buat aku susah mengikhlaskan semuanya. Tapi aku bisa apa? Sudah cukup dicampakkan berkalikali, sekali dua kali mungkin aku masih bisa mengalah, kalo suda berkalikali? Apakah aku masih harus percaya kalo ada cinta dihatinya? Atau cuma ego dan angkuhnya saja? Aku memang bukan wanita baik, tapi aku punya hati dan harg...

Hitam Putih

Vina's typograph