Di suatu kota yang ramai akan penduduk, terdapat kerajaan “PUMA (Sepuluh Lima)”. Disana banyak sekali putri raja. Tetapi anehnya, tak seorang putri raja pun yang menikah. Sudah berulang kali, banyak pemuda yang mencoba melamar di antara mereka, dari raja, pengeran, sampai pemuda biasa-biasa saja, tetapi tak seorangpun yang berhasil mendapatkan salah satu dari mereka.
Pagi yang cerah, terlihat kelima belas putri raja keluar dari kerajaan. Mereka terlihat anggun dengan busana yang mereka kenakan. Dengan senyum manisnya, putri Aya menyapa pagi. Sedang di ujung taman kerajaan putri Nesya dan putri Tika bercanda tawa. Tidak luput dari itu, putri raja lainnya juga bermain bersama. Indahnya kerajaan Puma dengan kehadiran mereka. Cantik, manis, dan selalu ceria, itulah putri Dyah. Lucu, imut, dan murah senyum, itu yang bernama putri Naura. ‘Tok tok tok!’, Terdengar dari arah pintu kerjaan. “Itu suara apa ya?”, Tanya putri Aqila kepada ketiga putri lainnya yang di dekatnya. “Ayo kita cari tahu!”, Jawab putri Vina dengan rasa penasarannya. “Aku takut.”, Celah putri Aqila dengan wajah memelasnya. “Ah, masa gitu aja takut!”, Ucap putri Windra seraya menghampiri suara itu.
“Dua puluh putra raja datang, dua puluh raja datang!”, Teriak putri Nadel di sudut taman kerajaan. “Dua puluh putra raja datang? Apa harus kita menolak mereka secara berurutan?”, Tanya putri Ateeq seraya menoleh ke arah putri Fidia dan putri Dyah. “Aku tak mengerti, bagaimana bisa bunda tidak menginjinkan kita untuk memilih.”, Ujar putri Karin dengan sedikit kesal. “Abis pikir, melihat banyak pemuda yang satu per satu kita tolak.”, Dengan muram putri Niar mengatakannya.
Di dalam kerajaan, berkumpullah kelima belas putri raja yang didampingi oleh ratu bunda Rosyi dan dua puluh putra raja. “Wah, mereka sangat cantik!”, Ucap pangeran Hanif dan pangeran Jorghie bersamaan seraya melihat keanggunan semua putri raja. “Dengan tujuan apa kalian kesini?”, Tanya ratu bunda Rosyi kepada dua puluh putra raja itu. “Kami kesini, hanya ingin melamar putri-putri yang cantik jelita ini.”, Jawab pangeran Gio dengan lantang dan tegas. Sejenak suasana menjadi hening. “Kami tidak akan begitu saja melamar, kami semua akan tunjukkan kekuatan yang kami miliki, agar ratu bunda Rosyi tidak ragu untuk menerima kami.”, Sela pangeran Hisyam seraya mendekat ke ratu bunda Rosyi dan memberinya salam. “Baiklah, saya terima!”, Jawab ratu bunda Rosyi seraya pergi meninggalkan tempat dan di ikuti oleh kelima belas putri raja.
“On the like this, there's so many things i want to tell you..”, Dendang si putri Etha di sudut kamarnya seraya tersenyum dengan manisnya. “On the night like this, there's so many things i want to show you..”, Lanjut putri Vara seraya mendekati putri Etha. Terdengar suara-suara merdu dari kamar putri raja membuat pangeran Hery penasaran akan siapa gerangan yang sedang melantunkan lagu. Di bukalah jendela kamarnya, dan melihat dari mana asal suara itu. “Dia cantik dan sangat merdu suaranya.”, Kata pangeran Hery yang melihat putri Etha dari jendela kamarnya. “Kau tak mau tidur?”, Tanya pangeran Adit, membuat pangeran Hery sedikit terkejut.
“Pagi semuanya!”, Kata putri Tika di tengah-tengah meja makan. Dia terlihat baru bangun tidur. Sedangkan di lain tempat, “Pagi semua!”, Kata pangeran Mirza yang baru bangun tidur seraya melihat di sekitarnya sudah sepi. “Mana yang lainnya ya?”, Tanya pangeran Mirza. “Kok pada diem ya?”, Tanya putri Tika seraya duduk dan mengambil roti.
Di sekitar kerajaan, tidak telalu jauh, terdapat pasar buah dan sayur. Pagi itu, putri Aini kepasar sendirian dengan busana selayaknya putri raja. Dan dengan tidak sengaja ia bertemu dengan pangeran Ghozi. Akhirnya di temanilah putri Aini berbelanja di pasar. “Pak, buah apelnya ya!”, Kata putri Aini kepada si penjulanya. “Kenapa kau tidak pergi dengan saudara-saudara mu?”, Tanya pangeran Ghozi dengan menawarkan bantuan untuk membawakan keranjang yang dibawa oleh putri Aini. “Aku lebih suka sendiri.”, Jawab putri Aini dengan menolak bantuan dari pangeran Gozhi.
Didalam kerajaan, pangeran Nabil dan pangeran Hasbi membuat suatu rencana untuk mendapatkan salah satu putri raja tanpa menunjukan apa pun seperti perjanjian yang sudah di tentukan. Sedangkan pangeran Faiz dan pangeran Aria sibuk membuat sesuatu untuk di berikan ke salah satu putri raja, pangeran Bayu dan pangeran Andra malah ribut mengganggunya. “Putri-putri raja sudah kumpul!”, Kata pangeran Gio yang membuat semua pangeran makin panik. “Apa? Putri-putri cantik sudah kumpul?”, Ucap pangeran Fikri dengan gayanya. “Terus?”, Lanjut pangeran Bagas dengan singkat, padat, dan tidak jelas.
“Saya meminta maaf, mungkin ini yang seharusnya sejak dulu saya katakan kepada kalian semua.”, Ucap ratu bunda Rosyi di antara kesebelas putri raja dan dua puluh putra raja. “Ini pasti ujung-ujungnya nolak deh!”, Bisik pangeran Rizky ke arah pangeran Adit. “Ssssttt! Diem!”, Sahut pangeran Reza yang mendengarnya. “Apa ini tanda bunda lagi-lagi tidak mengijinkan kita untuk memilih pilihan kita sendiri?”, Tanya putri Vina yang di sahut dengan putri Windra, “Bunda pasti punya alasan kenapa kita tidak boleh memilih.”. “Apa ini tanda kita bakal di tolak?”, Tanya pangeran Faiz dengan wajahnya yang sudah terlihat muram. “Santai saja!”, Ujar pangeran Reidi dengan tenangnya. “Selama ini banyak pemuda yang keluar dari kerajaan ini dengan muka penyesalan, kalian mengerti karena apa? Itu semua akibat ketidak seriusan mereka. Dan mungkin kalian semua juga harus ikut merasakan seperti mereka!”, Lanjut ratu bunda Rosyi yang membuat semuanya bertanya-tanya. “Maaf ratu bunda Rosyi, bukannya itu hanya di rasakan oleh orang-orang yang tidak serius? Saya rasa kami cukup serius, apa kami tetap harus ikut merasakannya?”, Pangeran Hisyam menyela dengan tegas. “Ini bukan soal ketidakseriusan kalian, tetapi..”, Belum sempat ratu bunda Rosyi menjelaskan, pangeran Hanif berkomentar, “Bilang saja kalau kita semua di tolak!”. “Sakit!”, Lanjut pangeran Jorghie. Wajah semua pangeran pun sekilas termenung. Dan begitu juga dengan wajah kelima belas putri raja.
“Ini semua karena kalian semua saudara. Kalian satu, dan kalian anak kerajaan Puma. Dan sampai kapanpun, kalian tetap Puma!”, Lanjut ratu bunda Rosyi dengan meneteskan air mata. Sejenak suasana menjadi hening. Dan dengan sekejap mata, kelima belas putri raja memeluk ratu bunda Rosyi. Dan semua putra raja juga saling berpegangan dan mereka terlihat bahagia. Meskipun mereka tidak mendapatkan sesuatu yang ingin mereka dapatkan, tapi mereka mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.
Akhirnya kerajaan “PUMA (Sepuluh Lima)” menjadi kerajaan yang di kenal dengan kerajaan yang nyaman karena keindahan hati orang-orang didalamnya.
Happy Ending
Pagi yang cerah, terlihat kelima belas putri raja keluar dari kerajaan. Mereka terlihat anggun dengan busana yang mereka kenakan. Dengan senyum manisnya, putri Aya menyapa pagi. Sedang di ujung taman kerajaan putri Nesya dan putri Tika bercanda tawa. Tidak luput dari itu, putri raja lainnya juga bermain bersama. Indahnya kerajaan Puma dengan kehadiran mereka. Cantik, manis, dan selalu ceria, itulah putri Dyah. Lucu, imut, dan murah senyum, itu yang bernama putri Naura. ‘Tok tok tok!’, Terdengar dari arah pintu kerjaan. “Itu suara apa ya?”, Tanya putri Aqila kepada ketiga putri lainnya yang di dekatnya. “Ayo kita cari tahu!”, Jawab putri Vina dengan rasa penasarannya. “Aku takut.”, Celah putri Aqila dengan wajah memelasnya. “Ah, masa gitu aja takut!”, Ucap putri Windra seraya menghampiri suara itu.
“Dua puluh putra raja datang, dua puluh raja datang!”, Teriak putri Nadel di sudut taman kerajaan. “Dua puluh putra raja datang? Apa harus kita menolak mereka secara berurutan?”, Tanya putri Ateeq seraya menoleh ke arah putri Fidia dan putri Dyah. “Aku tak mengerti, bagaimana bisa bunda tidak menginjinkan kita untuk memilih.”, Ujar putri Karin dengan sedikit kesal. “Abis pikir, melihat banyak pemuda yang satu per satu kita tolak.”, Dengan muram putri Niar mengatakannya.
Di dalam kerajaan, berkumpullah kelima belas putri raja yang didampingi oleh ratu bunda Rosyi dan dua puluh putra raja. “Wah, mereka sangat cantik!”, Ucap pangeran Hanif dan pangeran Jorghie bersamaan seraya melihat keanggunan semua putri raja. “Dengan tujuan apa kalian kesini?”, Tanya ratu bunda Rosyi kepada dua puluh putra raja itu. “Kami kesini, hanya ingin melamar putri-putri yang cantik jelita ini.”, Jawab pangeran Gio dengan lantang dan tegas. Sejenak suasana menjadi hening. “Kami tidak akan begitu saja melamar, kami semua akan tunjukkan kekuatan yang kami miliki, agar ratu bunda Rosyi tidak ragu untuk menerima kami.”, Sela pangeran Hisyam seraya mendekat ke ratu bunda Rosyi dan memberinya salam. “Baiklah, saya terima!”, Jawab ratu bunda Rosyi seraya pergi meninggalkan tempat dan di ikuti oleh kelima belas putri raja.
“On the like this, there's so many things i want to tell you..”, Dendang si putri Etha di sudut kamarnya seraya tersenyum dengan manisnya. “On the night like this, there's so many things i want to show you..”, Lanjut putri Vara seraya mendekati putri Etha. Terdengar suara-suara merdu dari kamar putri raja membuat pangeran Hery penasaran akan siapa gerangan yang sedang melantunkan lagu. Di bukalah jendela kamarnya, dan melihat dari mana asal suara itu. “Dia cantik dan sangat merdu suaranya.”, Kata pangeran Hery yang melihat putri Etha dari jendela kamarnya. “Kau tak mau tidur?”, Tanya pangeran Adit, membuat pangeran Hery sedikit terkejut.
“Pagi semuanya!”, Kata putri Tika di tengah-tengah meja makan. Dia terlihat baru bangun tidur. Sedangkan di lain tempat, “Pagi semua!”, Kata pangeran Mirza yang baru bangun tidur seraya melihat di sekitarnya sudah sepi. “Mana yang lainnya ya?”, Tanya pangeran Mirza. “Kok pada diem ya?”, Tanya putri Tika seraya duduk dan mengambil roti.
Di sekitar kerajaan, tidak telalu jauh, terdapat pasar buah dan sayur. Pagi itu, putri Aini kepasar sendirian dengan busana selayaknya putri raja. Dan dengan tidak sengaja ia bertemu dengan pangeran Ghozi. Akhirnya di temanilah putri Aini berbelanja di pasar. “Pak, buah apelnya ya!”, Kata putri Aini kepada si penjulanya. “Kenapa kau tidak pergi dengan saudara-saudara mu?”, Tanya pangeran Ghozi dengan menawarkan bantuan untuk membawakan keranjang yang dibawa oleh putri Aini. “Aku lebih suka sendiri.”, Jawab putri Aini dengan menolak bantuan dari pangeran Gozhi.
Didalam kerajaan, pangeran Nabil dan pangeran Hasbi membuat suatu rencana untuk mendapatkan salah satu putri raja tanpa menunjukan apa pun seperti perjanjian yang sudah di tentukan. Sedangkan pangeran Faiz dan pangeran Aria sibuk membuat sesuatu untuk di berikan ke salah satu putri raja, pangeran Bayu dan pangeran Andra malah ribut mengganggunya. “Putri-putri raja sudah kumpul!”, Kata pangeran Gio yang membuat semua pangeran makin panik. “Apa? Putri-putri cantik sudah kumpul?”, Ucap pangeran Fikri dengan gayanya. “Terus?”, Lanjut pangeran Bagas dengan singkat, padat, dan tidak jelas.
“Saya meminta maaf, mungkin ini yang seharusnya sejak dulu saya katakan kepada kalian semua.”, Ucap ratu bunda Rosyi di antara kesebelas putri raja dan dua puluh putra raja. “Ini pasti ujung-ujungnya nolak deh!”, Bisik pangeran Rizky ke arah pangeran Adit. “Ssssttt! Diem!”, Sahut pangeran Reza yang mendengarnya. “Apa ini tanda bunda lagi-lagi tidak mengijinkan kita untuk memilih pilihan kita sendiri?”, Tanya putri Vina yang di sahut dengan putri Windra, “Bunda pasti punya alasan kenapa kita tidak boleh memilih.”. “Apa ini tanda kita bakal di tolak?”, Tanya pangeran Faiz dengan wajahnya yang sudah terlihat muram. “Santai saja!”, Ujar pangeran Reidi dengan tenangnya. “Selama ini banyak pemuda yang keluar dari kerajaan ini dengan muka penyesalan, kalian mengerti karena apa? Itu semua akibat ketidak seriusan mereka. Dan mungkin kalian semua juga harus ikut merasakan seperti mereka!”, Lanjut ratu bunda Rosyi yang membuat semuanya bertanya-tanya. “Maaf ratu bunda Rosyi, bukannya itu hanya di rasakan oleh orang-orang yang tidak serius? Saya rasa kami cukup serius, apa kami tetap harus ikut merasakannya?”, Pangeran Hisyam menyela dengan tegas. “Ini bukan soal ketidakseriusan kalian, tetapi..”, Belum sempat ratu bunda Rosyi menjelaskan, pangeran Hanif berkomentar, “Bilang saja kalau kita semua di tolak!”. “Sakit!”, Lanjut pangeran Jorghie. Wajah semua pangeran pun sekilas termenung. Dan begitu juga dengan wajah kelima belas putri raja.
“Ini semua karena kalian semua saudara. Kalian satu, dan kalian anak kerajaan Puma. Dan sampai kapanpun, kalian tetap Puma!”, Lanjut ratu bunda Rosyi dengan meneteskan air mata. Sejenak suasana menjadi hening. Dan dengan sekejap mata, kelima belas putri raja memeluk ratu bunda Rosyi. Dan semua putra raja juga saling berpegangan dan mereka terlihat bahagia. Meskipun mereka tidak mendapatkan sesuatu yang ingin mereka dapatkan, tapi mereka mendapatkan sesuatu yang lebih berharga.
Akhirnya kerajaan “PUMA (Sepuluh Lima)” menjadi kerajaan yang di kenal dengan kerajaan yang nyaman karena keindahan hati orang-orang didalamnya.
Happy Ending
Comments
Post a Comment