Skip to main content

My Love

Cewek feminin dengan rambut ikal, tinggi 166 cm, warna kulit putih, itu seperti anugerah terbesar dari Tuhan untuk ku. Yupz, nama ku Velly anak kelas sepuluh ipa. Banyak anak yang menyebutku “Ratu Sekolah”, karena kecantikan yang terpancar dari ku. Dance, itu hobi ku. Menjadi dancer benar-benar yang ku impikan selama ini. Kalau dipikir-pikir, dalam keluarga besarku hampir tak ada yang terjun ke dunia dance. Hanya aku. Ops, mungkin nenek moyang ku kali ya yang terjun ke dunia dance. He...
“Ra, ada gosip baru?”,Kata Billa tersengal-sengal. “Kalau ngomong yang bener dong!”,Jawab ku yang sedikit tak memperdulikan perkataan Billa. “Ra, tunggu dulu. Kalau emang kamu nggak tertarik sama gosip ini, aku janji deh nggak akan ngegosip didepan kamu lagi. Tapi, plis dengerin gosip yang ini.”,Kata Billa menawarkan sesuatu padaku. ‘Kayaknya aku harus setuju deh, sama tawaran Billa lagi. Daripada aku harus mati berdiri gara-gara setiap hari dengerin Billa ngegosip yang nggak-nggak!’,Kata ku dalam hati. “Em... boleh deh! Emang apa gosipnya?”,Jawab ku singkat. “Kamu tahu nggak sih, kalau sebenernya Igo itu suka sama kamu!”,Celotehnya yang membuat ku kaget. “Emang kamu tahu darimana sih?”,Jawab ku yang pura-pura santai mendengarnya. “Ratu, jadi kamu belum liat mading sekolah? Surat cinta dari Igo buat kamu ditempel di mading sekolah, tahu!”. “APA???”,Teriak ku kaget mendengar cerita Billa. Dengan gegas dan tanpa sadar aku langsung berlari ke arah mading sekolah. “Cie...Ratu sekolah baru ditembak pangeran sekolah nih!”,Kata beberapa anak yang sepertinya tertuju pada ku. ‘Oh, my god! Apa benar ya, Igo nembak aku?’,Kata ku dalam hati sambil membubarkan sekumpulan anak yang ada didepan mading. “MINGGIR!!!”.
Bagai bunga mawar, senyummu begitu menawan
Bagai bintang di angkasa, matamu terpancar indah
Melihat mu begitu memesona
Membuat hati terasa legah...
To:RATU SEKOLAH
From:IGO
“Ratu!”,Sapa Igo ke arah ku. “Kenapa, Go?”,Tanya ku bingung melihat tingkah Igo yang kaku. “Ra, kamu nggak marah kan?”,Tanya Igo dengan muka yang menunggu-nunggu jawaban ku. “Marah kenapa? Emang kamu punya salah apa?”,Jawab ku dengan santainya. “Yang dimading itu loh? Emang kamu nggak marah?”,Tanya Igo yang kedua kalinya. “Duh, biasa aja kali! Santai aja! Lagian nggak salah kan kalau kamu suka sama aku. Enjoy aja,kali!”,Jawab ku dengan gaya sok cool. Kebiasaan yang tak pernah ku lupakan adalah sok cool. “Ops, ternyata aku nggak salah ya kalau aku suka sama kamu!”,Kata Igo terang-terangan didepan ku. “Mungkin!”,Jawab ku singkat seraya menoleh ke arah Igo. “Jadi? Gimana nih?”,Tanya Igo yang benar-benar membingungkan. “Gimana apanya?”,Kataku sambil mengangkat alis. “Ya, kamu nerima aku apa nggak?”. “O.. itu! Em.. gimana ya? Boleh deh!”,Jawab ku seraya tersenyum manis ke arah Igo. “YES!!! Kamu benar terima aku? Tanks god!”.
Hari ini, terasa sangat berbeda dengan adanya Igo dalam hati ku. Derrrrrrreettttttttttt...derrrrrrrrrrrrrrettttttttt...Jatuh cinta itu indah..jangan kau takut jatuh cinta..”Hallo!”,Kata ku dalam telpon. “Halo, sayang! Coba tebak aku siapa?”,Tanya seseorang di dalam telpon. “Udah deh! ngaku aja kalau sebenarnya kamu itu PANGERAN SEKOLAH. Ya kan?”,Kata ku sedikit teriak ke arah telpon. “Iya, iya! Ngaku deh. Eits, tunggu dulu aku itu bukan pangeran sekolah tapi pangeran buat ratu sekolah. Hehehe..”,Jawabnya yang sedikit gombal menurut ku. “Sayang, udah dulu ya! Aku di panggil tuh. Daaaa...”,Lanjut Igo seraya menutup telponnya.
Malam pun tiba, dengan udara dinginnya. Membawa ku pergi ke ranjang dan mulai menutup mata. “Ra, aku turut sedih ya dengan masuknya Igo ke rumah sakit.”,Kata Billa ke arah ku. “IGO!!!”,Teriak ku yang ternyata mimpi buruk. ‘Igo masuk rumah sakit?’,Tanya ku dalam hati. Derrrrreetttt..derrrrrretttttt.. Terdengar suara getaran dari balik bantal ku. “Halo! Ra, tadi aku dapat telpon dari nyokapnya Igo. Katanya Igo masuk rumah sakit dan dia sekarang koma. Dan kata nyikapnya juga sebelum dia nggak sadarkan diri, dia manggil nama mu.”,Jelas Billa panjang lebar dalam telpon. “APA? Igo masuk rumah sakit. Dia sekarang di rumah sakit mana, Bil??”,Tanya ku yang panik mendengar penjelasan Billa dalam telpon. “Di rumah sakit Bunda Mulia daerah rumah Igo!”,Jawabnya singkat. “Ok! Aku langsung kesana.”,Kata ku seraya menutup telponnya. Secepat mungkin aku bergegas. Ku pergi ke rumah sakit dimana Igo di rawat dengan membawa rasa cemas yang mendalam. Sekitar sepuluh menitan, aku sampai di rumah sakit Bunda Mulia. Memang rumah sakit itu tak jauh dari rumah Igo. Bodohnya aku. Aku lupa menanyakan Igo di rawat di kamar berapa. Derrrrrrrrrrrrrrrrrrretttt..derrrrrrrrrrrrrrettttttttt.. Terasa getaran dari dalam saku celana ku. Dan ternyata ada sms masuk dari Billa.
From: Billa HenPhon
Ra, aQ luPa bEri tW Qmu..
IgO di Raw4t di kmR 163,
PaVliun 2..
Setelah aku membaca sms dari Billa aku langsung secepat mungkin untuk pergi ke kamar yang di tunjukan oleh Billa. Derrrrrrrrrrrrrretttt..derrrrrrrrrrrettttttt.. Terasa getaran yang sama dari balik saku celana ku.
From: Billa HenPhon
Oia, Ra! SoRy Q g4k bisa,
tMnin Qmu bWt ke Zna..
Sesampainya didepan kamar dimana Igo di rawat, aku lihat kedua orang tua Igo sedang khawatir dengan keadaan Igo yang masih koma. “Selamat malam, Tante!”,Sapa ku ke arah nyokap Igo yang menangis di pelukan suaminya. “Selamat malam. Kamu yang namanya Ratu?”,Tanyanya ke arah ku. Aku hanya menjawabnya dengan sekali anggukan. “Sini sayang!”,Katanya sambil memeluk ku erat. Aku yang cemas seiring menerima pelukan nyokap Igo mulai meneteskan air mata. Bagitu khawatirnya kedua orang tua Igo melihat keadaannya sekarang. Arah jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi. Tapi, masih belum ada kabar perubahan keadaan Igo. Dan ku lihat nyokap Igo, mmasih belum ada kabar perubahan keadaan Igo. Dan ku lihat nyokap Igo, masih terus menangis. Ketika aku berusaha menenangkannya, ada seorang dokter keluar dari kamar Igo. Kami langsung mendekat ke arah dokter itu. “Gimana, Dok? Anak saya baik-baik saja kan?”,Tanya nyokap Igo yang tak banyak pikir panjang. “Tenang, Bu! Anak Ibu butuh banyak tambahan darah. Sepertinya di antara Ibu dan Bapak dapat menyumbangkannya.”,Jawab Pak dokter yang sepertinya tak banyak memberikan kabar baik. “Tapi, Dok! Golongan darah anak saya hanya sama dengan kakeknya. Sedangkan, kakeknya sendiri sudah tidak ada. Bagaimana, Dok?”,Jelas nyokap Igo panjang lebar. “Memang apa golongan darah Igo, Tante?”,Tanya ku menyelah pembicaraan itu. “Golongan darah Igo O.”,Jawab dokter itu. “Dok, ambil saja darah saya! Kebetulan golongan darah saya sama dengan golongan darah Igo.”,Kata ku dengan lugas.
Ku lihat matahari sudah beranjak muncul. Dan jam pun menunjukkan pukul enam pagi. “Makasih ya, sayang! Kamu sudah membantu keselamatan anak Tante.”,Kata Nyokap Igo seraya memelukku erat. “Nggak apa-apa kok, Tante! Toh, Ratu juga pengennya Igo selamat.”,Jawab ku singkat. Kabar baik muncul dari balik pintu kamar Igo di rawat. Ku ambil handphone dan langsung mengirim satu sms ke Billa.
To: Billa HenPhon
Bil, Igo udah sadar..
Sent. Sesudah ku kirimkan sms itu ke Billa, aku beserta kedua orang tua Igo masuk ke kamar Igo di rawat. Dan dengan muka berseri-seri, Igo tersenyum manis ke arah kami. “Igo! Mama khawatir sayang sama kamu!”,Kata nyokap Igo yang terlihat sangat senang. “Ma, Igo baik-baik aja kok! Mama nggak perlu khawatir. Oh, iya! Igo lupa mau ngenalin ke Mama. Ini Ratu cewek Igo!”,Kata Igo yang terlihat mukanya masih pucat. “Iya, sayang! Mama sudah tahu! Kamu emang nggak salah milih cewek. Ratu emang anak yang baik. Dia rela menyumbangkan darahnya ke tubuh kamu.”,Jawab nyokap Igo panjang lebar yang sedikit membuat aku malu di hadapan Igo. “Makasih ya, sayang!”,Kata Igo ke arah ku.
Malam menjelang, aku masih menjaga dan menemani Igo di rumah sakit. Hanya ada kita berdua. Karena orang tua Igo sudah sibuk dengan urusannya sendiri. “Ra, makasih ya! Kamu udah mau nemenin aku sampai sekarang. Bener kata Mama, aku nggak salah kalau harus milih kamu jadi cewek ku. Dan kamu nggak salah kalau harus di julukin RATU SEKOLAH karena kamu nggak cuma cantik tapi, baik hati juga.”,Kata Igo seolah membawa aku melayang tinggi ke angkasa. “Mungkin aku juga nggak salah kalau harus nerima kamu jadi cowok ku.”,Jawab ku dengan gaya yang sok peduli. Igo hanya tertawa kecil ke arah ku. Dan ku lihat mukanya mulai memerah karena malu.
Lima hari kemudian, “Hey, Ran! Udah sembuh?”,Tanya Billa yang melihat ku sedang jalan berdua dengan Igo. “Udah dong! Ini semua gara-gara cewek aku yang cantik jelita. Hehehe.”s,Jawab Igo seraya mengenggam tangan kanan ku. “Bisa aja deh!”,Kata ku seraya tersenyum sok manis di depan Igo. “Iya,iya! Percaya. Emang kalian klop jadi pasangan.”,Kata Billa seraya melangkah menjauhi aku dan Igo. Kami berdua masuk ke dalam kelas bebarengan. Dan seketika ku lihat di dalam kelas sudah ramai dengan berita-berita yang beredar. “Woi, besok sabtu ada prime night di sekolah kita. Bagi yang mau ikut harus bawa pasangannya sendiri. Daftarnya bisa di aku, bisa juga di Billa.”,Kata Nanda di depan kelas. “Eh, Ra kamu ikut kan? Ajak aja Eran! Nih aku kasih formulir pendaftarannya!”,Kata Billa seraya memberikan selembaran ke arah ku. “Ikut ya!”,Ajak Igo sambil tersenyum manis pada ku. “Ya, terserah kamu aja deh!”,Jawab ku kosong.
‘Ikut prime nigth? Oh, NO! Aku nggak pernah ikut gituan. Gimana nih? Aku harus pake baju apa ke acara itu? Oh, my God!’,Kata ku dalam hati seraya memilih-milih baju yang harus ku pake malam ini. “Ahaaah!”,Teriak ku dengan muka gembira karena sudah menemukan baju yang pas untuk ku kenakan malam ini. ‘Tin..tin..’,Terdengar suara bel mobil di depan rumah ku. Yang sepertinya itu suara mobil Igo. Derrrrrrrrrrrrrrrrrettt..derrrrrrrrrrrrettt..jatuh cinta itu indah..jangan kau takut jatuh cinta.. Terdengar suara handphone ku. “Halo!”,Kata ku mengangkat telpon. “Halo, sayang! Kamu ngapaing aja sih. Aku udah di depan rumah kamu nih. Cepet keluar!”,Jawab Igo telpon. “Iya, iya! Tunggu bentar lagi ya!”, Jawab ku.
“Sayang, kamu cantik banget malam ini!”,Puji Igo kepada ku seraya menjalankan mobilnya. “Makasih!”,Jawab ku singkat. Malam yang penuh bintang di iringi dengan angin malam tidak terlalu buruk untuk ku yang mengenakan gaun pink ini. Ku lihat jam tangan ku, mulai menunjukkan pukul tujuh malam. “Sayang, ayo masuk!”,Ajak Igo ke arah ku seraya menarik tangan ku. “Hey, Ra!”,Sapa seseorang dari kejauhan. Yups, suara itu tak asing lagi buat ku. ‘Itu pasti Billa’,Kata ku dalam hati. “Ra, jadi datang nih! Ciele bawa pacar baru! Hehehe”,Kata Billa sambil memainkan matanya. “Maksudnya?”,Jawab ku. “Bercanda kali!”,Kata Billa seraya melangkah menjauhi aku dan Igo. “Hello, teman-teman! Sekarang waktu kita dance bareng! Ajak pasangan kali buat dance segokil-gokilnya. Karena, di akhir acara bakalan dibagiin hadiah buat pasangan dance tergokil. Oke! Lets dance together!”,Kata Nanda panjang lebar di atas panggung. “Yeeeeeeeeeeeee!!!”,Sorak keramaian.
Tidak disangkah, waktu menunjukkan akhir acara prime night malam ini. “Met malem! Udah gokil dong pastinya. Nggak nyangkah ya, kita udah di ujung acara. Moga malam ini tidak jadi malam terakhir untuk kita gokil bareng! Oh, iya! Pasangan paling gokil malam ini, kayaknya udah tidak asing lagi. Mereka pasangan sekolah. Yups, ini dia RATU dan ERAN. Buat mereka berdua di persilahkan naik ke atas panggung!”,Kata Nanda panjang lebar. ‘Yang ampun, aku jadi Ratu prime night!’,Kataku dalam hati seraya melangkah ke arah panggung. “Selamatnya buat kalian!”,Ucap Nanda seraya memberikan salam selamat ke aku dan Igo. “Weeeeeeeeee...”,Sorak mereka. Seketika kepalaku terasa sakit dan penglihatan ku pun mulai kabur. Dan...
Saat aku membuka mata, ku rasakan aku tertidur tak lama. “Aku dimana?”,Kata ku sedikit parau. “Tenang ,Ra! Kamu lagi di rumah sakit.”,Jawab seseorang di sampingku. “Bil, kenapa aku di bawa kesini? Emang aku sakit apa?”,Tanya ku kepada Billa. “Ra, sebenarnya aku nggak tegah buat ngomong ini ke kamu. Tapi, kayaknya kamu harus tau. Kata dokter kamu terserang kanker otak dan kanker itu udah stadium akhir,Ra!”,Jelas Billa seraya meneteskan air mata. “Apa Bil? Aku kena kanker otak?”,Kataku sambil menangis tak henti. “Bil, kamu nggak bilang soal ini ke Igo kan?”,Tanyaku dengan mata bengap. Billa hanya menggelengkan kepala dan memelukku erat.
‘Aku bener-bener nggak nyangkah kalau sebenarnya aku memiliki penyakit yang nggak aku duga sebelumnya. Aku yakin tuhan pasti punya tujuan tertentu kenapa aku memiliki penyakit separah ini.’,Kata ku dalam hati. “Bil, boleh nggak aku minta sesuatu kekamu?”,Tanya ku ke arah Billa. Dan Billa hanya menjawabnya dengan anggukkan seraya memegang erat tangan ku. “Apa yang kamu minta dari aku?”,Tanya Billa balik. “Aku minta kamu nggak cerita ke Igo soal penyakitku ini. Aku minta sekali aja! Kamu nggak keberatan kan, Bil?”,Pinta ku panjang lebar. “Aku janji, Ra! Aku nggak akan bilang ke Eran soal ini! Tapi, aku mohon, Ra. Kamu juga harus berusaha melawan penyakit kamu. Aku, Eran, dan teman-teman yang lain pasti pengen kamu bisa seperti dulu. Ya, Ra!”,Ucap Billa seraya meneteskan air mata. “Bil, besok kamu ajak Igo kesini! Tapi, plis jangan cerita apa-apa. Biar dia tau sendiri dari aku. Mau kan?”,Tanya ku kepada Billa seraya menatapnya. “Iya, Ra! Aku bakalan Igo kesini besok. Dan aku janji nggak akan cerita apa-apa ke dia.”,Jawab Billa panjang lebar.
Pagi yang sangat cerah, tapi sepetinya tak secerah keadaan ku sekarang. Rasa sakit di kepalaku tak henti-hentinya ku rasakan. Dokter, suster, seakan teman yang kini di sampingku. Tidak ada lagi kata “DANCE”. Yang terbayang hanyalah kesakitan yang mendalam. “Aaaaaaaaaaaaaaarrrrrgggg,sakit!”,Teriak ku sendirian. “Ratu, kamu kenapa?”,Tanya Billa yang baru saja masuk ke kamar ku dirawat. Dan sekilas ku melihat Billa tak sendiri. Melainkan bersama Igo. “SAKIT!!!”,Teriakku seraya memegangi erat kepalaku.
“Ratu! Kamu udah sadar?”,Tanya seseorang yang ternyata itu Billa. “Bil, dimana Igo?”,Tanyaku dengan nada parau. “Apa, sayang? Aku disini. Kenapa kamu nggak bilang kalau sebenarnya kamu punya penyakit separah ini?”,Kata Igo panjang lebar. “Maafin aku, Go! Bukannya aku nggak mau beri tahu kamu. Tapi, aku cuma nggak mau kamu sedih ngeliat aku kayak gini.”,Jawab ku seraya menerima suatu pelukan manis dari Igo. “Igo, aku nggak mau kamu larut dengan kesedihan karena masalah ini. Dan Billa, maafin aku karena salah aku banyak ke kamu. Aku ingin kamu Bil, bisa jadi pengganti aku di hati Igo. Dan kamu Go, berusahalah melupakan ku. Karena aku tahu, hidup ku tak akan lama.”,Kata ku seraya menarik tangan Igo dan Billa. Dengan kekuatan yang lemah aku berusaha menyatukan kedua tangan mereka. Setelah tangan mereka mulai menyatu, sakit itu. Sakit pada kepalaku terasa lagi. Sangat sakit. “Aarrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhh”.

Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.