Nama ku Alinesya Tantabilla biasa di panggil dengan Aline. Rambut ku ikal dan berwarna hitam. SMA Gigih itu sekolah ku. Aku lahir de tengah-tengah keluarga yang sangat bahagia. Dengan berat badan ku yang melebihi angka delapan puluh, aku di kenal anak yang paling gendut di sekolah. Banyak anak yang bilang aku kelebihan berat badan. Sampai aku menjadi tumpuan segala caki-maki mereka, karena berat badan ku.
“Hai, gendut!”,Kata salah seorang anak ketika aku sedang berjalan menuju kelas. “Pagi gendut! Hahaha....”,Sapa gank centil yang di kenal anak-anaknya paling perfect satu sekolah. Aku tak menjawab sapaan mereka. Aku hanya memberikan seulas senyuman. “Aline!”,Terdengar suara dari belakang badanku. “Apa?”,Jawab ku setelah berbalik badan dan ternyata itu adalah Cika. Dia satu-satunya temen ku di sekolah ini. “Lin, kamu di panggil guru BP!”,Seru Cika seraya menarik tangan ku. “Emang ada apaan sih?”,Tanya ku yang mungkin tidak di jawab oleh Cika. “Cik, ada apaan?”,Tanya ku sekali lagi. “Udah deh ngikut aja!”,Jawab Cika singkat. Ku lihat di ruang BP sudah ada Rico. Aku dan Cika masuk ke ruang BP dengan mengetuk pintunya. “Aline, ibu manggil kamu dan Rico untuk membicarakan tentang lomba baca puisi!”,Kata Bu Linda selaku guru BP. “Terus apa hubungannya sama saya Bu?”,Tanya ku yang bener-bener bingung. “Jadi, sekolah mengutus kamu dan Rico untuk mengikuti lomba itu! Kamu bisa kan?”,Jelas Bu Linda. “Saya sama Rico Bu? Nggak salah?”,Tanya ku heran. “Ya, iya! Kamu sama Rico!”,Jawab Bu Linda. “Saya sih bisa Bu! Tapi...”,Kata ku. “Tapi? Tapi kenapa?”,Tanya Bu Linda kelihatan penasaran. ‘Emmmm... nggak papa deh! toh mungkin aja dengan ikut lomba ini aku bisa deket sama Rico. He...’,Kata ku dalam hati. “Gimana? Kalau kamu nggak mau juga nggak papa kok!”,Seru Bu Linda. “Eh, nggak kok Bu! Aline mau kok!”. “Beneran?”.”Iya, Bu!”. “Ya udah. Besok kalian berdua harus ngumpulin satu puisi ke Ibu ya!”,Kata Bu Linda seraya menata-nata kumpulan kertas yang ada di atas meja. “OKE DEH!”,Seru ku dan Rio serentak.
“Waduh kompak ne? Cieeeee....”,Jawab Cika setelah mendengar cerita ku soal kejadian di ruang BP. “So?”,Tanya Cika yang mulai ngelantur. “So apanya?”,Jawab ku pura-pura tidak tahu. “Jadi gimana? Kamu jadi suka nggak sama Rico?”,Tanya Cika sambil menyodorkan segelas jus buah. “Maksud mu??? Siapa yang suka sama anak cuek and sok gitu! Cuiiii... males deh!”. ”Jangan gitu! Pamali! Ntar beneran suka loh!”. ‘Aduh, sorry ya Cik! Aku emang suka sama Rico! Tapi aku nggak mau kasih tau kamu. Sorry ya!’,Seru ku dalam hati.
Derrrrrrrrrttttt....derrrrrrrrrttttttt.... “Duh siapa sih yang sms?”,Omel ku seraya mengambil handphone milik ku.
From: 0857512800641
biNtaNg yaNg paLing Ind4h haNyaLah
dIRi mU! BuNga Yang PaLing IndaH
adaLah diRi mU! maLam Yang IndaH
yaiTu maLam keTika bErsaMa Mu...
to:My Endut
“Dari siapa nih? Rese banget masa bilang aku gendut! Awas aja kalau ketahuan!”,Kata ku sambil marah-marah. “Hallo!”,Seru ku di dalam telpon. “Ya, ini siapa ya? Terus mau nyari siapa?”,Jawab seseorang di telpon. “Ini Aline temennya Cika! Cikanya ada?”,Tanya ku di dalam telpon. “Ya, ini Cika! Kamu gimana sih Lin! Masa nggak kenalin suara ku?”,Jawab seseorang di dalam telpon yang ternyata itu adalah Cika. “Mana aku kenalin suara kamu, orang suara mu kan sama kayak nyokap Lo! Oh, iya. Kamu kirim sms ke aku pake nomor lain ya? Lo mau ngerjain aku lagi? Awas ya!”,Jawab ku panjang lebar. “ENAK AJA!”,Bentak Cika di dalam telpon yang merasa dirinya tak bersalah. “Sorry-sorry! Aku kan nggak tau! Nggak usah bentak gitu dong! Kaget tau!”,Jawab ku. “Emang kenapa sih?”.”Nggak papa kok! Besok aja aku kasih taunya! Oke!”,Seru ku seraya menekan tombol untuk mematikan telponnya. Malam semakin larut, dan aku mulai beranjak tidur meninggalkan hari ini. “Selamat malam dunia ku!”,Seru ku sebelum menutup kedua mata ku.
“PAGI DUNIA!”,Teriak ku seraya membuka jendela kamar terindah ku. Hari ini yang sangat cerah untuk mengumpulkan puisi terindah ku. “My god! Aku belum bikin puisi itu! Aduh gimana nih???”,Kata ku kebingungan. Bisa di bilang sangat-sangat kebingungan. Setelah sampai di gerbang sekolah, aku mencari Cika. Dan,”Cik, ada masalah besar!”. “Apaan sih? Ngomongnya pelan-pelan dong!”,Jawab Cika merespon ku. “Gawat...!”,Kata ku seakan tak dapat bernapas. “Iya, gawat kenapa?”,Seru Cika yang terlihat kebingungan dan penuh dengan rasa penasaran. “Puisi! Aku belum bikin puisi buat ntar lomba! Gimana nih?”,Tanya ku yang berharap Cika dapat membantu ku. “Puisi? Jadi, kamu belum bikin tu puisi?”,Kata Cika yang sama sekali tak mengeluarkan jawaban yang memuaskan. “Kasian deh Lo! Yang bakalan ikut lomba itu adalah Gue! Bukan Lo! Gendut!”,Sindir Ita salah satu anggota gank centil. “Aduh, gimana nih? Aku nggak mau sampai Ita yang ikut lomba itu. Dia pasti bakalan deketin Rico! Secara dia kan suka sama Rico!”,Kata ku panjang lebar. “Jadi, sekarang udah suka nih sama Rico! Cieeee.... ketahuan nih! Hehehe...”,Kata Cika bermaksud menyindir ku. ‘Eits, aku ketahuan! Hehehe...’,Kata ku dalam hati sambil berlari ke arah kelas.
Pelajaran pertama telah usai, “Gendut! Pinjem buku pr Lo dong! Buruan!”,Kata Ita sambil mendorong-dorong bahu ku. Dengan rasa tak ikhlas buku pr ku, ku berikan ke Ita.”Lama deh!”,Bentak Ita seraya mengambil buku itu dari tangan ku. “Sabar aja ya, Lin!”,Seru Cika sambil mengelus punggung ku. Aku hanya tersenyum seraya menengok ke arah jendela kelas. ‘Woowwww, Rico! Keren banget sih!’,Kata ku dalam hati ketika melihat Rico di jendela. “Cik, lihat deh!”,Suruh ku ke Cika sambil menunjuk ke arah jendela. “Rico maksud Lo?”,Tanyanya ke arah ku. Aku hanya menganggukan kepala. “My god! Puisi ku! Gimana nih, Cik? Aku nggak akan bisa ikut lomba itu!”,Kata ku kaget setelah ingat kalau aku belum membuat puisi untuk lomba nanti. “Sorry,kalau masalah puisi aku nggak bisa bantu! Lo tau kan kalau aku bukan tipe orang puitis. Ntar puisinya nggak jadi puisi lagi!”,Jawabnya panjang lebar. “Terus gimana dong?”,Tanya ku khawatir. “Lo kan, bisa minta tolong sama Rico! Ya nggak?”,Jawab Cika yang membuat ku mendapatkan ide berlian. “Yupz, itu ide yang bagus! Aku bisa minta tolong sama Rico! Thanks ya!”, kata ku mengucapkan terima kasih. “Eits, tapi apa anak belagu kayak gitu mau nolongin Gue?”,Tanya ku berpikir ulang. “Lo kan belum coba!”.
Setelah pulang sekolah aku dan Rico di panggil Bu Linda (guru BP). “Rico... tunggu!”,Panggil ku ke arah Rico yang berjalan menuju ke arah ruang BP. Sekilas ku lihat Rico berhenti dari langkahnya. “Apa?”,Jawab Rico ketus. “Tolongin Gue dong!”,Kata ku memohon ke Rico. ‘Cuiiiii,anti deh Gue mohon-mohon ke cowok belagu kayak gini! Tapi, sayangnya cakep! Hehehe...’,Kata ku dalam hati. “Minta tolong, atau mau di bikinin puisi?”,Tanyanya yang membuat ku bertanya-tanya. “Hehehe... kok Lo ngerti sih?”,Kata ku seraya merunduk malu. “Nih!”,Katanya seraya menyodorkan sebuah kertas ke arah ku, dan dia langsung pergi melangkah meninggalkan ku.
“Hanya dirimu,Bintang yang paling indah hanyalah dirimu,Bunga yang paling indah adalah dirimu,Malam yang indah yaitu malam ketika bersama mu”,Ku baca sekilas isi kertas yang di berikan Rico kepada ku. ‘Jadi? Yang kirim sms tadi malam ke aku itu... Rico?’,Tanya ku dalam hati yang membuat ku selalu bertanya-tanya. “
Lomba puisi itu pun berlangsung secepat kilat. “Lin!”,Panggil seseorang dari belakang ku. “Ada apa?”,Tanya ku ke Rico yang menghampiri ku. “Selamat ya!”,Katanya yang membuat ku tersanjung. “Aku menang kan gara-gara puisi Lo! Jadi seharusnya aku yang beri kamu selamat!”,Kata ku panjang lebar. “Eh, Lin! Aku boleh minta waktu bentar aja”,Ajakan Rio yang membuat ku tak bisa menolaknya. “Udah ikut aja!”,Bisik Cika ke arah ku. Lalu, aku dan Rio mulai menjauh dari Cika. “Ini buat Lo!”,Kata Rio seraya memberi ku sebuah kado kecil. “Ini buat aku?”,Tanya ku hanya sekedar gengsi. “Anggap aja kado itu tanda keberhasilan Lo!”. “Hanya itu?”.”Ya,iya lah!”. “Jadi, kado ini Cuma tanda keberhasilan aku! Bukan tanda kamu suka sama aku?”,Tanya ku keceplosan. ‘Waduh, aku keceplosan! Mati Gue!’,Kata ku dalam hati sambil berlari meninggalkan Rico. “Aline!”,Teriak Rico yang memberentikan langkah lari ku. “Lin, kalau aku boleh jujur! Kado itu memang buat nembak kamu! Bukan Cuma tanda keberhasilan kamu!”,Kata Rico panjang lebar. “Maafin aku ya, Rico! Sebenarnya Aline udah tau kalau kamu suka sama Aline. Dari sms yang Lo kirim!”,Jawab ku ke PeDean. “Narsis banget! Siapa juga yang suka sama anak gendut kayak Lo!”,Seru Rico. “Jadi?”. “Nggak-nggak! Cuma bercanda! Aku beneran suka kok sama anak endut yang didepan ku ini!”. “Dasar!”,Kata ku seraya menepuk bahunya. “I love you ENDUT!”.
“Hai, gendut!”,Kata salah seorang anak ketika aku sedang berjalan menuju kelas. “Pagi gendut! Hahaha....”,Sapa gank centil yang di kenal anak-anaknya paling perfect satu sekolah. Aku tak menjawab sapaan mereka. Aku hanya memberikan seulas senyuman. “Aline!”,Terdengar suara dari belakang badanku. “Apa?”,Jawab ku setelah berbalik badan dan ternyata itu adalah Cika. Dia satu-satunya temen ku di sekolah ini. “Lin, kamu di panggil guru BP!”,Seru Cika seraya menarik tangan ku. “Emang ada apaan sih?”,Tanya ku yang mungkin tidak di jawab oleh Cika. “Cik, ada apaan?”,Tanya ku sekali lagi. “Udah deh ngikut aja!”,Jawab Cika singkat. Ku lihat di ruang BP sudah ada Rico. Aku dan Cika masuk ke ruang BP dengan mengetuk pintunya. “Aline, ibu manggil kamu dan Rico untuk membicarakan tentang lomba baca puisi!”,Kata Bu Linda selaku guru BP. “Terus apa hubungannya sama saya Bu?”,Tanya ku yang bener-bener bingung. “Jadi, sekolah mengutus kamu dan Rico untuk mengikuti lomba itu! Kamu bisa kan?”,Jelas Bu Linda. “Saya sama Rico Bu? Nggak salah?”,Tanya ku heran. “Ya, iya! Kamu sama Rico!”,Jawab Bu Linda. “Saya sih bisa Bu! Tapi...”,Kata ku. “Tapi? Tapi kenapa?”,Tanya Bu Linda kelihatan penasaran. ‘Emmmm... nggak papa deh! toh mungkin aja dengan ikut lomba ini aku bisa deket sama Rico. He...’,Kata ku dalam hati. “Gimana? Kalau kamu nggak mau juga nggak papa kok!”,Seru Bu Linda. “Eh, nggak kok Bu! Aline mau kok!”. “Beneran?”.”Iya, Bu!”. “Ya udah. Besok kalian berdua harus ngumpulin satu puisi ke Ibu ya!”,Kata Bu Linda seraya menata-nata kumpulan kertas yang ada di atas meja. “OKE DEH!”,Seru ku dan Rio serentak.
“Waduh kompak ne? Cieeeee....”,Jawab Cika setelah mendengar cerita ku soal kejadian di ruang BP. “So?”,Tanya Cika yang mulai ngelantur. “So apanya?”,Jawab ku pura-pura tidak tahu. “Jadi gimana? Kamu jadi suka nggak sama Rico?”,Tanya Cika sambil menyodorkan segelas jus buah. “Maksud mu??? Siapa yang suka sama anak cuek and sok gitu! Cuiiii... males deh!”. ”Jangan gitu! Pamali! Ntar beneran suka loh!”. ‘Aduh, sorry ya Cik! Aku emang suka sama Rico! Tapi aku nggak mau kasih tau kamu. Sorry ya!’,Seru ku dalam hati.
Derrrrrrrrrttttt....derrrrrrrrrttttttt.... “Duh siapa sih yang sms?”,Omel ku seraya mengambil handphone milik ku.
From: 0857512800641
biNtaNg yaNg paLing Ind4h haNyaLah
dIRi mU! BuNga Yang PaLing IndaH
adaLah diRi mU! maLam Yang IndaH
yaiTu maLam keTika bErsaMa Mu...
to:My Endut
“Dari siapa nih? Rese banget masa bilang aku gendut! Awas aja kalau ketahuan!”,Kata ku sambil marah-marah. “Hallo!”,Seru ku di dalam telpon. “Ya, ini siapa ya? Terus mau nyari siapa?”,Jawab seseorang di telpon. “Ini Aline temennya Cika! Cikanya ada?”,Tanya ku di dalam telpon. “Ya, ini Cika! Kamu gimana sih Lin! Masa nggak kenalin suara ku?”,Jawab seseorang di dalam telpon yang ternyata itu adalah Cika. “Mana aku kenalin suara kamu, orang suara mu kan sama kayak nyokap Lo! Oh, iya. Kamu kirim sms ke aku pake nomor lain ya? Lo mau ngerjain aku lagi? Awas ya!”,Jawab ku panjang lebar. “ENAK AJA!”,Bentak Cika di dalam telpon yang merasa dirinya tak bersalah. “Sorry-sorry! Aku kan nggak tau! Nggak usah bentak gitu dong! Kaget tau!”,Jawab ku. “Emang kenapa sih?”.”Nggak papa kok! Besok aja aku kasih taunya! Oke!”,Seru ku seraya menekan tombol untuk mematikan telponnya. Malam semakin larut, dan aku mulai beranjak tidur meninggalkan hari ini. “Selamat malam dunia ku!”,Seru ku sebelum menutup kedua mata ku.
“PAGI DUNIA!”,Teriak ku seraya membuka jendela kamar terindah ku. Hari ini yang sangat cerah untuk mengumpulkan puisi terindah ku. “My god! Aku belum bikin puisi itu! Aduh gimana nih???”,Kata ku kebingungan. Bisa di bilang sangat-sangat kebingungan. Setelah sampai di gerbang sekolah, aku mencari Cika. Dan,”Cik, ada masalah besar!”. “Apaan sih? Ngomongnya pelan-pelan dong!”,Jawab Cika merespon ku. “Gawat...!”,Kata ku seakan tak dapat bernapas. “Iya, gawat kenapa?”,Seru Cika yang terlihat kebingungan dan penuh dengan rasa penasaran. “Puisi! Aku belum bikin puisi buat ntar lomba! Gimana nih?”,Tanya ku yang berharap Cika dapat membantu ku. “Puisi? Jadi, kamu belum bikin tu puisi?”,Kata Cika yang sama sekali tak mengeluarkan jawaban yang memuaskan. “Kasian deh Lo! Yang bakalan ikut lomba itu adalah Gue! Bukan Lo! Gendut!”,Sindir Ita salah satu anggota gank centil. “Aduh, gimana nih? Aku nggak mau sampai Ita yang ikut lomba itu. Dia pasti bakalan deketin Rico! Secara dia kan suka sama Rico!”,Kata ku panjang lebar. “Jadi, sekarang udah suka nih sama Rico! Cieeee.... ketahuan nih! Hehehe...”,Kata Cika bermaksud menyindir ku. ‘Eits, aku ketahuan! Hehehe...’,Kata ku dalam hati sambil berlari ke arah kelas.
Pelajaran pertama telah usai, “Gendut! Pinjem buku pr Lo dong! Buruan!”,Kata Ita sambil mendorong-dorong bahu ku. Dengan rasa tak ikhlas buku pr ku, ku berikan ke Ita.”Lama deh!”,Bentak Ita seraya mengambil buku itu dari tangan ku. “Sabar aja ya, Lin!”,Seru Cika sambil mengelus punggung ku. Aku hanya tersenyum seraya menengok ke arah jendela kelas. ‘Woowwww, Rico! Keren banget sih!’,Kata ku dalam hati ketika melihat Rico di jendela. “Cik, lihat deh!”,Suruh ku ke Cika sambil menunjuk ke arah jendela. “Rico maksud Lo?”,Tanyanya ke arah ku. Aku hanya menganggukan kepala. “My god! Puisi ku! Gimana nih, Cik? Aku nggak akan bisa ikut lomba itu!”,Kata ku kaget setelah ingat kalau aku belum membuat puisi untuk lomba nanti. “Sorry,kalau masalah puisi aku nggak bisa bantu! Lo tau kan kalau aku bukan tipe orang puitis. Ntar puisinya nggak jadi puisi lagi!”,Jawabnya panjang lebar. “Terus gimana dong?”,Tanya ku khawatir. “Lo kan, bisa minta tolong sama Rico! Ya nggak?”,Jawab Cika yang membuat ku mendapatkan ide berlian. “Yupz, itu ide yang bagus! Aku bisa minta tolong sama Rico! Thanks ya!”, kata ku mengucapkan terima kasih. “Eits, tapi apa anak belagu kayak gitu mau nolongin Gue?”,Tanya ku berpikir ulang. “Lo kan belum coba!”.
Setelah pulang sekolah aku dan Rico di panggil Bu Linda (guru BP). “Rico... tunggu!”,Panggil ku ke arah Rico yang berjalan menuju ke arah ruang BP. Sekilas ku lihat Rico berhenti dari langkahnya. “Apa?”,Jawab Rico ketus. “Tolongin Gue dong!”,Kata ku memohon ke Rico. ‘Cuiiiii,anti deh Gue mohon-mohon ke cowok belagu kayak gini! Tapi, sayangnya cakep! Hehehe...’,Kata ku dalam hati. “Minta tolong, atau mau di bikinin puisi?”,Tanyanya yang membuat ku bertanya-tanya. “Hehehe... kok Lo ngerti sih?”,Kata ku seraya merunduk malu. “Nih!”,Katanya seraya menyodorkan sebuah kertas ke arah ku, dan dia langsung pergi melangkah meninggalkan ku.
“Hanya dirimu,Bintang yang paling indah hanyalah dirimu,Bunga yang paling indah adalah dirimu,Malam yang indah yaitu malam ketika bersama mu”,Ku baca sekilas isi kertas yang di berikan Rico kepada ku. ‘Jadi? Yang kirim sms tadi malam ke aku itu... Rico?’,Tanya ku dalam hati yang membuat ku selalu bertanya-tanya. “
Lomba puisi itu pun berlangsung secepat kilat. “Lin!”,Panggil seseorang dari belakang ku. “Ada apa?”,Tanya ku ke Rico yang menghampiri ku. “Selamat ya!”,Katanya yang membuat ku tersanjung. “Aku menang kan gara-gara puisi Lo! Jadi seharusnya aku yang beri kamu selamat!”,Kata ku panjang lebar. “Eh, Lin! Aku boleh minta waktu bentar aja”,Ajakan Rio yang membuat ku tak bisa menolaknya. “Udah ikut aja!”,Bisik Cika ke arah ku. Lalu, aku dan Rio mulai menjauh dari Cika. “Ini buat Lo!”,Kata Rio seraya memberi ku sebuah kado kecil. “Ini buat aku?”,Tanya ku hanya sekedar gengsi. “Anggap aja kado itu tanda keberhasilan Lo!”. “Hanya itu?”.”Ya,iya lah!”. “Jadi, kado ini Cuma tanda keberhasilan aku! Bukan tanda kamu suka sama aku?”,Tanya ku keceplosan. ‘Waduh, aku keceplosan! Mati Gue!’,Kata ku dalam hati sambil berlari meninggalkan Rico. “Aline!”,Teriak Rico yang memberentikan langkah lari ku. “Lin, kalau aku boleh jujur! Kado itu memang buat nembak kamu! Bukan Cuma tanda keberhasilan kamu!”,Kata Rico panjang lebar. “Maafin aku ya, Rico! Sebenarnya Aline udah tau kalau kamu suka sama Aline. Dari sms yang Lo kirim!”,Jawab ku ke PeDean. “Narsis banget! Siapa juga yang suka sama anak gendut kayak Lo!”,Seru Rico. “Jadi?”. “Nggak-nggak! Cuma bercanda! Aku beneran suka kok sama anak endut yang didepan ku ini!”. “Dasar!”,Kata ku seraya menepuk bahunya. “I love you ENDUT!”.
Comments
Post a Comment