Aku baru tau kenapa kita harus terus bersyukur. Karna kita diciptakan dengan begitu sempurna. Tuhan itu Maha Segalanya. Tinggal bagaimana kita bisa menerima kehendakNya atau tidak. Diagnosa dokter begitu buat aku takut. Dari keganasan tumor dipayudara, tumor di tulang iga, tumor paru-paru, sampai tumor plasma darah. Aku tidak pernah merasa sedih karna ditakdirkan tidak sempurna. Tapi aku takut ketidak sempurnaan ini buat aku lupa akan bersyukur kepadaNya. Terus aku bertanya, kenapa aku bisa kayak gini. Tapi ya sudahlah. Ini memang takdirku. Allah sayang padaku dengan caraNya. Banyak orang yang membuatku semangat untuk sembuh. Mereka bilang aku masih terlalu mudah untuk mengidap apa yang dokter bilang. Aku juga merasa masih terlalu mudah. Tapi apa yang aku pikirkan selalu bertentangan dengan diagnosa dokter. Aku sudah lupa rasa takutku pada jarum suntik. Aku lupa rasa takutku pada ruangan dingin dengan begitu banyak alat kedokteran. Aku sudah lupa dengan rasa takutku melihat alat-alat itu. Biopsi, rogsen, ct-scan, mri, sudah tak asing lagi di telingaku. Mereka seperti temanku saat ini. Harus menelan obat setiap hari. Aku sudah mulai terbiasa. Kata dokter, kita sekarang berikhtiar bersama untuk mencari penyakitku. Agar bukan cuma diagnosa. Aku bingung. Kenapa penyakit ini begitu sulit ditemukan. Padahal aku merasa sakit ini sudah terlalu lama ditubuhku. Aku takut terlambat ya Allah. Oiyah, aku lupa. Aku ga boleh takut. Semuanya pada bilang aku ga boleh takut. Semuanya bilang aku harus fokus untuk sembuh. Semuanya bilang aku ga boleh banyak pikiran. Aku harus senang terus. Aku harus ikhlas. Semuanya pada bilang gitu. Karna semuanya engga ngerasain jadi aku. Yang kesakitan, yang capek, yang tidak punya kepastian. Aku baru sadar engga enak ternyata di php. Apalagi ini di php soal apa yang menyerang tubuh kita. Aku cuma bisa pasrah, aku serahin semua ke Allah.
Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang on the way remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya. Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain. Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi
Comments
Post a Comment