Skip to main content

Lupa

Aku baru tau kenapa kita harus terus bersyukur. Karna kita diciptakan dengan begitu sempurna. Tuhan itu Maha Segalanya. Tinggal bagaimana kita bisa menerima kehendakNya atau tidak. Diagnosa dokter begitu buat aku takut. Dari keganasan tumor dipayudara, tumor di tulang iga, tumor paru-paru, sampai tumor plasma darah. Aku tidak pernah merasa sedih karna ditakdirkan tidak sempurna. Tapi aku takut ketidak sempurnaan ini buat aku lupa akan bersyukur kepadaNya. Terus aku bertanya, kenapa aku bisa kayak gini. Tapi ya sudahlah. Ini memang takdirku. Allah sayang padaku dengan caraNya. Banyak orang yang membuatku semangat untuk sembuh. Mereka bilang aku masih terlalu mudah untuk mengidap apa yang dokter bilang. Aku juga merasa masih terlalu mudah. Tapi apa yang aku pikirkan selalu bertentangan dengan diagnosa dokter. Aku sudah lupa rasa takutku pada jarum suntik. Aku lupa rasa takutku pada ruangan dingin dengan begitu banyak alat kedokteran. Aku sudah lupa dengan rasa takutku melihat alat-alat itu. Biopsi, rogsen, ct-scan, mri, sudah tak asing lagi di telingaku. Mereka seperti temanku saat ini. Harus menelan obat setiap hari. Aku sudah mulai terbiasa. Kata dokter, kita sekarang berikhtiar bersama untuk mencari penyakitku. Agar bukan cuma diagnosa. Aku bingung. Kenapa penyakit ini begitu sulit ditemukan. Padahal aku merasa sakit ini sudah terlalu lama ditubuhku. Aku takut terlambat ya Allah. Oiyah, aku lupa. Aku ga boleh takut. Semuanya pada bilang aku ga boleh takut. Semuanya bilang aku harus fokus untuk sembuh. Semuanya bilang aku ga boleh banyak pikiran. Aku harus senang terus. Aku harus ikhlas. Semuanya pada bilang gitu. Karna semuanya engga ngerasain jadi aku. Yang kesakitan, yang capek, yang tidak punya kepastian. Aku baru sadar engga enak ternyata di php. Apalagi ini di php soal apa yang menyerang tubuh kita. Aku cuma bisa pasrah, aku serahin semua ke Allah.

Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.