Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Rasanya Asam Manis

Setelah kejadian dimobil itu, aku banyak menguras otak buat berpikir. Dan sampai sekarangpun aku belum menjawab pertanyaan Adhi. Akhir-akhir ini dia sering banget antar jemput aku kesekolah, ke mall, bahkan belanja sama Bunda juga. Sore ini, sepulang sekolah dia berencana mengajakku ke tempat mainnya sama teman-temannya itu. From : Adhi To : Icha Cha, nanti sore ikt ak ya?  Mau yaa? One message. Dari Adhi, ngapain ya dia sms aku?, pikirku. Open. Sebelum aku menjawab smsnya Adhi, aku dikagetkan dengan hentakkan kaki yang menuju ke arah ku. “Mana Handphone kamu!” Suara itu tidak asing buatku, bu Muji. “Jangan coba-coba buat menyalakan handphone saat pelajaran dimulai.” Bu Muji jahat banget sih, pikirku. Tenangkan dirimu Cha, sabar dulu ah, dendam kesemut sama guru itu, kata-kataku mulai melonjak-lonjak dalam hati. “Kamu ngapain sih Cha tadi?” Tanya Ita penasaran. “Emboh nggak tahu!” Jawabku jengkel. “Sabar Cha.” Kata Nadine bebarengan dengan tepukan Vina dibahuku. Sepulang seko

Cinta Dilanda Ragu

Sebulan berlalu, penuh kebimbangan. “Jadi sampai sekarang kamu belum kasih jawaban ke Adhi, Cha?” Tanya Ita kepadaku. Bingung. Gimana aku jawabnya ya? Pikirku. “Loh? Kamu belum jadian sama Adhi?” Tanya Nadine dengan suara kerasnya. Sunyi. Hening. “Sstt, jangan rame-rame Nadine!” Sentak Vina reflek. Suasana kelas kembali seperti semula. “Hallo semuanya!” Sapa Ryka yang baru datang. “Ada Adhi tuh di depan kelas, lagi ngobrol sama temen-temennya loh!” Kata-kata Ryka membuatku kaget. Mungkin tidak sih, kalau dia kesini untuk lihat aku? Ah mana mungkin, paling juga kebetulan lewat, pikirku. Tertegun. “Cha, Adhi masuk kelas kita. Lihat deh! Dia lihat kamu!” Kata Ita dengan menepuk-nepuk bahuku. APA?. “Ehm, dia senyumin kamu loh!” Suara Nadine pun lenyap dalam pikiranku. Kaget. Bingung. “Bundaaaaaa!” Teriakku dengan mencari Bunda. “Bun, Ita mau pamit pulang nih!” Kataku setelah melihat Bunda sedang merapikan meja makan. “loh? Kok buru-buru?” Tanya Bunda ke arah Ita. “Iya tante. Oh iya tante

Cinta di Rumah Sakit

Liburan yang sangat panjang. Membuatku sedikit malas untuk berangkat sekolah. “Pak Sadi sudah nunggu di luar tuh!” Kata Bunda seraya membersihkan piring-piring di meja makan. “Iya tau, Bun! Icha berangkat dulu ya, Bun!” Kataku. Setelah pamit, aku langsung keluar dan masuk mobil. “Pagi Non!”. “Pagi!” Di tengah perjalanan, terlihat dari kaca mobilku, itu mobil Adhi. Adhi adalah anak sebelas ips dua, salah satu anak seangkatan denganku, yang sejujurnya aku menyukainya. Tapi sudahlah lupakan. “Maaf ya, Non. Di depan ada kecelakaan, jadi mungkin Non telat.” Kata-kata Pak Sadi membuatku bertanya-tanya. Refleks, aku kira itu Adhi yang kecelakaan. Tapi semoga aja bukan. Tepat pukul tujuh, sesampainya di sekolah, terpaksa aku terkena sangsi keterlambatan. Tidak mengikuti satu jam pelajaran, beruntung karena pelajaran pertama bahasa Indonesia, pikirku. Bel pun berbunyi tanda pelajaran memasuki jam ke dua. “Tumben telat, Cha?” Tanya Ita memasang muka curiga. “Tadi di tengah jalan ada kecelakaan