Sial. Entah kenapa, rasanya aku selalu merasa ingin marah ketika melihatnya bersama dengan mantannya itu. Kata temanku, itu pasti perasaan cemburu. Ku pikir-pikir kata mereka benar juga. Aku cemburu, marah, dan begitulah. Kalian pasti juga merasakan itu kalau kalian melihat pacar kalian berhubungan baik dengan mantannya. ‘Huh, sebel banget sih! Ngapain sih tuh anak, centil banget!’, Kataku dalam hati seraya mengerutkan kening. “Ferri!”, Teriak Mira ke arah ku dan Ferri. “Sayang sebentar ya!”, Kata Ferri kepadaku seraya berjalan ke arah Mira. ‘Dasar cewek genit!’, Celahku dalam hati. Sejenak aku diam, melihat ke arah Wina dan Keila. Sepertinya mereka melambaikan tangan ke arahku. “Daripada panas disini, ke Wina dan Keila ah!”,
Kataku seraya berjalan ke arah mereka.
“Kalian ngapain disini?”, Tanyaku kepada Wina dan Keila. “Ini nih, nungguin Vera sama Keyrin.”, Jawab Wina kepadaku. “Bilangnya ke kantin tapi lama banget!”, Selah Keila. “Hey semua!”, Sapa Vera dan Keyrin bersamaan. “Pulang yuk!”, Ajak Vera dengan senyumnya. “Bareng gak Ri?”, Tanya keyrin ke arahku. Belum sempat aku menjawab, terdengar suara Ferri dari belakangku, “Ria bareng aku pulangnya. Kalian pulang duluan aja”. Aku berusaha melepaskan tangannya, ketika dia memegang tanganku. “Aku pulang bareng kalian aja!”, Kataku yang sepertinya membuat Ferri bingung. “Kenapa yang?”, Bisik Ferri ke arah telinga kananku. Aku diam dan tak menjawabnya. “Ayo pulang!”, Kataku seraya mengajak Wina, Keila, Vera, dan Keyrin berjalan ke arah pintu gerbang sekolah. “Duluan Fer!”, Pamit Wina ke arah Ferri. Sekilas aku menengok ke arah Ferri. Ku lihat Mira menghampirinya. ‘Sialan tuh cewek!’, Kataku dalam hati.
Di dalam mobil, Keyrin sedikit menceritakan kisah Ferri dan Mira dulu, “Dulu, Ferri itu nembak Mira lewat telpon kamar hotel. Ini sih, dengar-dengarnya ya, Ferri suka sama Mira sudah lama. Tapi dia berani nembak Mira waktu kita lagi study tour di luar kota.”, Cerita Keyrin terhenti ketika Wina menyelahnya. “Keyrin, kamu bisa diem nggak? Ria ini lagi sedih.”, Kata Wina. “Sebenarnya bukan cuma kamu Ri, yang sebel sama Mira. Aku juga kok, aku ngerasa Mira berusaha ngerebut Ferri dari kamu!”, Kata Keila seraya menepuk bahuku. “Tapi aku rela kok, kalau Ferri balikan sama Mira.”, Kataku seraya tersenyum melihat kaca mobil. “Sabar ya Ri!”, Kata Wina seraya membalas senyumku.
Krrriiiiinngg krrrriiiiinngg.. Terdengar suara telepon rumah berdering. “Ria angkat teleponnya!”, Suruh Mama. “Halo!”, Jawabku setelah mengangkat telepon. “Halo sayang. Kamu kenapa?”, Suara itu tidak asing di telingaku. Ferri. ‘Kenapa ini anak telepon?’, Tanyaku dalam hati. “Maaf Rianya keluar!”, Kataku berpura-pura. Ku tutup teleponnya, dan lari ke kamar. Aku tulis di note depan kamarku, ‘TIDAK MAU DIGANGGU’. Krriiiiinngg krriiiiinngg.. Terdengar suara telepon rumah berdering lagi. Terdengar suara Mama mengobrol lewat telepon, dan ku dengar sepertinya itu telepon dari Ferri. ‘Siapa yang peduli!’, Kataku dalam hati seraya mematikan lampu kamar dan tidur di tempat tidurku.
“Sayang, bangun dong! Kamu nggak sekolah?”, Mama membangunkanku. “Ma, kepalaku pusing banget.”, Jawabku. Kepalaku pusing sekali dan rasanya badan ini kedinginan. “Badan kamu panas sekali Ri!”, Kata Mama seraya memegang kening dan tanganku. “Nanti ke dokter ya sayang! Mama mau nelpon guru kamu dulu.”, Kata Mama seraya meninggalkanku. “Iya Ma.”
Setelah ke dokter, sampai rumah ku lihat Wina, Keila, Vera, dan Keyrin sudah berada di depan rumahku. “Hey Ri! Kamu sakit apa?”, Tanya Wina seraya tersenyum padaku. “Kamu nggak masuk di kelas sepi Ri!”, Kata Keyrin dengan gayanya. “Ri, Ferri titip salam sama kamu. Dia nggak bisa kesini, katanya mau ngerjain PR (Pekerjaan Rumah) sama Mira.”, Kata Keila dengan rasa sebelnya. “Nggak papa Kei! Aku udah nggak peduli sama mereka.”, Jawabku seraya mempersilahkan mereka masuk ke dalam kamarku. “Kamu nggak papa Ri?”, Tanya Wina ke arahku. “Nggak papa kali Win! Memang seharusnya mereka balikan kali.”, Jawabku seraya meminum seteguk air mineral. “Sabar ya Ri!”, Kata Keila. “Win, handphonemu bunyi tuh!”, Kata Vera ke arah Wina. “Halo!”, Jawab Wina. “Iya, ini aku sama anak-anak ke rumah Ria. Kenapa Fer?”, Kata Wina yang ku denger. Sepertinya Wina sedang menerima telepon dari Ferri. “Waalaikumsalam”, Seru Wina seraya menutup telepon. “Siapa Win?”, Tanyaku. “Ferri!”, Jawab Wina. “Mau apa lagi dia?”, Sela Keila yang terlihat sebel. Keila memang sependapat denganku. Rasanya dia merasakan apa yang kurasakan juga.
“Malem tante! Ria ada tante?”, Terdengar suara Ferri di ruang tamu. “Ada ada! Masuk aja, Rianya lagi makan.”, Kata Mama mempersilahkan Ferri masuk dan duduk di sebelahku. Aku diam saja, dia memulai pembicaraan. “Sudah enakan Ri?”, Tanya Ferri dengan lembutnya. Aku tetap diam saja, tidak menjawabnya. “Ria sudah tidak papa nak Ferri. Cuma banyak pikiran aja.”, Kata Mama seraya membereskan meja makan. “Kamu marah ta sama aku?”, Tanya Ferri seraya memegang tanganku. “Nggak!”, Jawabku dengan jutek. “Terus kenapa?”. “Nggak papa!”. “Kalau kamu marah bilang ke aku. Kita bisa omongin dengan kepala dingin.”, Kata Ferri panjang lebar. “Aku sebel aja!”, Kataku dengan juteknya. “Sebel kenapa sayang?”, Tanya Ferri dengan serius. “Sebel karena kedekatanku dengan Mira?”, Lanjut Ferri yang terlihat lebih serius. Sebelum aku menjawab, terdengar suara Mira dari belakang kami, “Ri, aku sama Ferri itu sudah tidak ada hubungan apa-apa”. “Mira hanya ingin bertukar pikiran sama aku soal cowoknya.”, Kata Ferri melanjutkan perkataan Mira. Aku disini cuma bisa diam.
Minggu ini, rencananya aku, Wina, Keila, Vera, dan Keyrin akan jalan ke salah satu mall di tengah kota. Aku berangkat bersama Keyrin yang kebetulan rumahnya dekat denganku. Dan Keila berangkat dengan Vera, dan Wina berangkat sendirian. Kita semua kumpul di mall tersebut. Setelah sampai, aku dan Keyrin menunggu di salah satu distro. Di dalam distro, aku tidak sengaja melihat Mira sedang memilih-milih kaos. Dan terdengar dari arah belakang Mira, “Kayaknya ini bagus!”. Itu Ferri. Rasanya wajah ini ditampar dengan keras. Aku langsung menghampiri Mira dan Ferri. Tanpa berpikir panjang, aku menampar Ferri. “Eh, cewek nggak tau diri! PEREBUT PACAR ORANG!”, Bentakku penuh dengan emosi ke arah Mira. Setelah itu, aku langsung pergi dan pulang.
Kejadian hari minggu itu, membuat aku dan Ferri putus. Dan terbukti, Ferri dan Mira memang balikan. Kecewa rasanya, dia tidak bisa di percaya. Sialnya mantan pacarku balik.
Kataku seraya berjalan ke arah mereka.
“Kalian ngapain disini?”, Tanyaku kepada Wina dan Keila. “Ini nih, nungguin Vera sama Keyrin.”, Jawab Wina kepadaku. “Bilangnya ke kantin tapi lama banget!”, Selah Keila. “Hey semua!”, Sapa Vera dan Keyrin bersamaan. “Pulang yuk!”, Ajak Vera dengan senyumnya. “Bareng gak Ri?”, Tanya keyrin ke arahku. Belum sempat aku menjawab, terdengar suara Ferri dari belakangku, “Ria bareng aku pulangnya. Kalian pulang duluan aja”. Aku berusaha melepaskan tangannya, ketika dia memegang tanganku. “Aku pulang bareng kalian aja!”, Kataku yang sepertinya membuat Ferri bingung. “Kenapa yang?”, Bisik Ferri ke arah telinga kananku. Aku diam dan tak menjawabnya. “Ayo pulang!”, Kataku seraya mengajak Wina, Keila, Vera, dan Keyrin berjalan ke arah pintu gerbang sekolah. “Duluan Fer!”, Pamit Wina ke arah Ferri. Sekilas aku menengok ke arah Ferri. Ku lihat Mira menghampirinya. ‘Sialan tuh cewek!’, Kataku dalam hati.
Di dalam mobil, Keyrin sedikit menceritakan kisah Ferri dan Mira dulu, “Dulu, Ferri itu nembak Mira lewat telpon kamar hotel. Ini sih, dengar-dengarnya ya, Ferri suka sama Mira sudah lama. Tapi dia berani nembak Mira waktu kita lagi study tour di luar kota.”, Cerita Keyrin terhenti ketika Wina menyelahnya. “Keyrin, kamu bisa diem nggak? Ria ini lagi sedih.”, Kata Wina. “Sebenarnya bukan cuma kamu Ri, yang sebel sama Mira. Aku juga kok, aku ngerasa Mira berusaha ngerebut Ferri dari kamu!”, Kata Keila seraya menepuk bahuku. “Tapi aku rela kok, kalau Ferri balikan sama Mira.”, Kataku seraya tersenyum melihat kaca mobil. “Sabar ya Ri!”, Kata Wina seraya membalas senyumku.
Krrriiiiinngg krrrriiiiinngg.. Terdengar suara telepon rumah berdering. “Ria angkat teleponnya!”, Suruh Mama. “Halo!”, Jawabku setelah mengangkat telepon. “Halo sayang. Kamu kenapa?”, Suara itu tidak asing di telingaku. Ferri. ‘Kenapa ini anak telepon?’, Tanyaku dalam hati. “Maaf Rianya keluar!”, Kataku berpura-pura. Ku tutup teleponnya, dan lari ke kamar. Aku tulis di note depan kamarku, ‘TIDAK MAU DIGANGGU’. Krriiiiinngg krriiiiinngg.. Terdengar suara telepon rumah berdering lagi. Terdengar suara Mama mengobrol lewat telepon, dan ku dengar sepertinya itu telepon dari Ferri. ‘Siapa yang peduli!’, Kataku dalam hati seraya mematikan lampu kamar dan tidur di tempat tidurku.
“Sayang, bangun dong! Kamu nggak sekolah?”, Mama membangunkanku. “Ma, kepalaku pusing banget.”, Jawabku. Kepalaku pusing sekali dan rasanya badan ini kedinginan. “Badan kamu panas sekali Ri!”, Kata Mama seraya memegang kening dan tanganku. “Nanti ke dokter ya sayang! Mama mau nelpon guru kamu dulu.”, Kata Mama seraya meninggalkanku. “Iya Ma.”
Setelah ke dokter, sampai rumah ku lihat Wina, Keila, Vera, dan Keyrin sudah berada di depan rumahku. “Hey Ri! Kamu sakit apa?”, Tanya Wina seraya tersenyum padaku. “Kamu nggak masuk di kelas sepi Ri!”, Kata Keyrin dengan gayanya. “Ri, Ferri titip salam sama kamu. Dia nggak bisa kesini, katanya mau ngerjain PR (Pekerjaan Rumah) sama Mira.”, Kata Keila dengan rasa sebelnya. “Nggak papa Kei! Aku udah nggak peduli sama mereka.”, Jawabku seraya mempersilahkan mereka masuk ke dalam kamarku. “Kamu nggak papa Ri?”, Tanya Wina ke arahku. “Nggak papa kali Win! Memang seharusnya mereka balikan kali.”, Jawabku seraya meminum seteguk air mineral. “Sabar ya Ri!”, Kata Keila. “Win, handphonemu bunyi tuh!”, Kata Vera ke arah Wina. “Halo!”, Jawab Wina. “Iya, ini aku sama anak-anak ke rumah Ria. Kenapa Fer?”, Kata Wina yang ku denger. Sepertinya Wina sedang menerima telepon dari Ferri. “Waalaikumsalam”, Seru Wina seraya menutup telepon. “Siapa Win?”, Tanyaku. “Ferri!”, Jawab Wina. “Mau apa lagi dia?”, Sela Keila yang terlihat sebel. Keila memang sependapat denganku. Rasanya dia merasakan apa yang kurasakan juga.
“Malem tante! Ria ada tante?”, Terdengar suara Ferri di ruang tamu. “Ada ada! Masuk aja, Rianya lagi makan.”, Kata Mama mempersilahkan Ferri masuk dan duduk di sebelahku. Aku diam saja, dia memulai pembicaraan. “Sudah enakan Ri?”, Tanya Ferri dengan lembutnya. Aku tetap diam saja, tidak menjawabnya. “Ria sudah tidak papa nak Ferri. Cuma banyak pikiran aja.”, Kata Mama seraya membereskan meja makan. “Kamu marah ta sama aku?”, Tanya Ferri seraya memegang tanganku. “Nggak!”, Jawabku dengan jutek. “Terus kenapa?”. “Nggak papa!”. “Kalau kamu marah bilang ke aku. Kita bisa omongin dengan kepala dingin.”, Kata Ferri panjang lebar. “Aku sebel aja!”, Kataku dengan juteknya. “Sebel kenapa sayang?”, Tanya Ferri dengan serius. “Sebel karena kedekatanku dengan Mira?”, Lanjut Ferri yang terlihat lebih serius. Sebelum aku menjawab, terdengar suara Mira dari belakang kami, “Ri, aku sama Ferri itu sudah tidak ada hubungan apa-apa”. “Mira hanya ingin bertukar pikiran sama aku soal cowoknya.”, Kata Ferri melanjutkan perkataan Mira. Aku disini cuma bisa diam.
Minggu ini, rencananya aku, Wina, Keila, Vera, dan Keyrin akan jalan ke salah satu mall di tengah kota. Aku berangkat bersama Keyrin yang kebetulan rumahnya dekat denganku. Dan Keila berangkat dengan Vera, dan Wina berangkat sendirian. Kita semua kumpul di mall tersebut. Setelah sampai, aku dan Keyrin menunggu di salah satu distro. Di dalam distro, aku tidak sengaja melihat Mira sedang memilih-milih kaos. Dan terdengar dari arah belakang Mira, “Kayaknya ini bagus!”. Itu Ferri. Rasanya wajah ini ditampar dengan keras. Aku langsung menghampiri Mira dan Ferri. Tanpa berpikir panjang, aku menampar Ferri. “Eh, cewek nggak tau diri! PEREBUT PACAR ORANG!”, Bentakku penuh dengan emosi ke arah Mira. Setelah itu, aku langsung pergi dan pulang.
Kejadian hari minggu itu, membuat aku dan Ferri putus. Dan terbukti, Ferri dan Mira memang balikan. Kecewa rasanya, dia tidak bisa di percaya. Sialnya mantan pacarku balik.
Comments
Post a Comment