Skip to main content

Mantan balik!!


-->
‘Tama nyebelin. Ngapain sih loe datang lagi. Dulu, seenaknya aja ninggalin gue. Baru sekarang loe minta balikan sama gue gara-gara di duain sama cewek baru loe.’,Gerutu ku panjang lebar seraya menampar muka Tama yang memohon-mohon di depan ku. “Loe pikir loe siapa? Seenaknya aja loe minta maaf ke gue. Loe tau kan, loe ninggalin gue dulu gara-gara apa? Loe duain gue. Sekarang loe bisa rasain sendiri, gimana sakitnya kalau di duain.”,Bentak ku di hadapan Tama. “Iya, gue sekarang bisa rasain apa yang loe rasain dulu. Tapi, plis gue mohon loe mau nerima gue lagi. Gue mohon, Kesya. Gue mohon.”,Jawab Tama sambil memohon-mohon di depan ku. “Udahlah! Loe nggak perlu mohon-mohon gini ke gue. karena...”. “Karena Kesya cewek gue!”,Celah Bintang dari belakang tubuhku. “Bintang?”,Kata ku kaget melihat Bintang yang merangkulku. Bintang hanya tersenyum manis.
Kata-kata Bintang membuat konsentrasi ku bubar. ‘Dia bilang, kalau gue ceweknya? Mimpi apa gue semalam bisa dengar Bintang bilang kalau gue itu ceweknya.’,Kata ku dalam hati seraya melamun lama. “KESYA!”,Teriak Bu Linda membubarkan lamunan ku. Dengan kaget aku langsung berdiri dan berkata, “Siap Bu!”. “Siap ngapain? Siap ngelamun?”,Tanya Bu Linda ke arahku. Ku lihat teman-teman menertawakan ku. Begitu juga dengan Bintang. Ku lihat dia tertawa terbahak-bahak. ‘Aduh! Malu-maluin banget sih gue!’,Kata ku dalam hati. “Maaf Bu!”,Kata ku kepada Bu Linda seraya duduk kembali. Pelajaran pun di mulai lagi.
Bel istirahat berbunyi, aku dan Lian pergi ke kantin seperti biasanya. Sebelum kita sampai kantin, terdengar keributan di tengah lapangan sekolah. “Woi,woi! Tama sama Bintang mau berantem tuh!”,Kata seseorang seraya berlari menuju lapangan sekolah. “Kesya! Loe dengar nggak? Tama and Bintang berantem loh.”,Kata Lian sambil menepuk bahuku. “WHATS?”,Kata ku seraya berlari menuju lapangan. “Minggir,minggir, minggir!”,Kata ku sambil mencari celah-celah dari grombolan anak-anak yang melihat aksi tengkarnya Bintang dan Tama. “STOP!”,Teriak ku yang membuat Tama dan Bintang berhenti saling memukul. Tapi, ternyata itu hanya sementara. Karena setelah berhenti sejenak, meraka melanjutkan saling mamukul satu sama lain. “Tama, Bintang, Tama, Bintang!”,Teriak anak-anak yang menyorakinya. Pertengkaran antara Tama dan Bintang semakin sengit. Sampai akhirnya, aku ikut terhantam saat ingin memisahkan mereka berdua. “Aarrrggghhh”,Teriak ku dan tak sadarkan diri.
“Kesya? Kesya? Loe udah sadar?”,Terdengar suara seseorang di sampingku. “Gue dimana?”,Tanya ku yang masih bingung. “Loe di UKS. Tenang aja, loe baik-baik aja kok.”,Jawab Tama seraya memegang tangan kanan ku. “Sory, Tama!”,Kata ku seraya melepaskan tangan ku dari genggamannya. “Iya, gue ngerti. Kesya, gue mau tanya sama loe.”,Kata Tama yang membuat ku penasaran. “Apa bener Bintang cowok loe? Plis, gue mohon loe jawab jujur ke gue.”,Lanjut Tama. Tama menunduk. Sejenak hati ku merasakan rasa sayang ku padanya timbul lagi. Aku tidak bisa membohongi rasa ini, karena aku benar-benar merasakannya lagi. ‘Ku mohon ya Tuhan. Beri aku petunjuk mu. Aku harus bilang apa ke Tama?’,Kata ku yang hanya dalam hati. “Jawab Kesya! Apa sebegitu bencinya loe sama gue sampe loe nggak mau jawab pertanyaan gue? Gue minta maaf sebelumnya kalau gue dulu pernah nyakitin loe. Gue bener-bener buta waktu itu. Gue nggak liat gimana loe sayang banget ke gue. Tapi, mungkin gue nyadar sekarang kalau loe udah nggak sayang lagi sama gue. Karena itu semua kesalahan gue. Gue minta maaf. Gue bisa pergi sekarang kalau loe maunya gitu. Selamat ya, Kesya. Karena loe udah punya penggati gue di hati loe.”,Kata Tama seraya berjalan meninggalkan ruang UKS. “Tunggu!”,Kata ku ke arah Tama. “Kenapa?”,Tanya Tama kepada ku. Wajah Tama terlihat sangat sedih. ‘Ya, Tuhan. Apa memang seharusnya aku kembali kepadanya?’,Tanya ku dalam hati. “Tama, gue mau jujur sama loe. Gue. Gue sebenarnya masih. Masih sayang sama loe. Tapi, sory Gue nggak bisa balikan sama loe. Sayang gue ke loe sekarang, itu cuma sayang sebagai teman. Sahabat. Nggak lebih. Kita nggak perlu pacaran kan?”,Jelas ku panjang lebar. Tama terlihat mendekati ku. “Gue tau kok. Ya, udah sekarang kita temenan. Oke?”,Katanya seraya menyodorkan jari kelingkingnya ke arah ku.
“Kesya! Gimana loe? Udah nggak pa-pa kan?”,Tanya Lian ke arah ku yang sedang ngobrol dengan Tama di UKS. Tama rela tidak mengikuti pelajaran demi menemani ku di ruang UKS. “Gue nggak pa-pa kok. Tenang aja. Kan ada Tama. Ya kan, Tama?”,Jawab ku seraya mengangkat dagu ke arah Tama. “Iya dong!”,Kata Tama. “Kesya, loe udah baikan sama Tama?”,Bisik Lian di telinga ku. “Panjang ceritanya. Entar aja gue ceritain.”,Jawab ku ke arah Lian. “By the way, ngomongin apa sih? ngomongin gue ya?”,Tanya Tama dengan Pdnya. “Yee.. mau loe!?”,Kata ku dan Lian kompak.
Tidak seperti biasanya, aku tak lagi pulang bareng Lian. Karena aku di ajak pulang bareng dengan Tama. Kalau boleh jujur, kini aku menemukan lagi sisi Tama yang dulu pernah hilang. Semua pikiran negatif ku tentang dia, seakan musnah begitu saja. Selama perjalanan pulang aku dan Tama bercanda-tawa. ‘Ting,ting,ting! Ice cream,ice cream!’,Terdengar suara penjual ice cream di pinggir jalan. ‘ciiiiiiittttt..’,Rem sepeda motor Tama menghentikan lajunya. “Kesya! Ada ice cream tuh! Loe paling suka ice cream kan? Bentar ya, gue kesana dulu.”,Kata Tama seraya turun dari sepeda motornya dan berjalan menuju penjual ice cream itu. ‘Ya, ampun! Tama nggak lupa kesukaan gue. Dia kembali kayak Tama yang gue kenal dulu.’,Kata ku dalam hati seraya mambalas senyuman Tama. “Nih!”,Ujar Tama membubarkan lamunan ku. “Kenapa loe kasih gue rasa stroberi?”,Tanya ku seraya mengangkat dagu ke arah Tama. “Karena gue tau loe nggak pernah suka sama rasa stroberi. Loe suka rasa coklat kan? Nih, coklatnya di gue.”,Jawabnya yang membuatku semakin bingung. “Masih bingung juga?”,Lanjut Tama yang melihat wajah ku seperti orang linglung. “Jadi, gue kan sukanya rasa stroberi dan loe suka rasa coklat. Kenapa gue kasih loe rasa yang stroberi, karena gue pengen di suapin sama loe and loe nyuapin gue. mau kan?”,Jelas Tama panjang lebar. “Maksud loe?”,Tanya ku sinis. “Jadi, nggak mau ya? Ya, udah deh tukeran sini ice creamnya.”,Jawabnya dengan wajah yang muram.
“Jangan marah dong, kesya! Gue minta maaf kalau gue tadi...”. “Nggak pa-pa! Lupain aja!”,Kata ku menyelah perkataan Tama. “Gue masuk dulu ya!”,Kata ku seraya masuk rumah. Malam ini, penuh bintang yang bersinar.
“Pagi, anak-anak! Sekarang tutup buku kalian. Dan tinggalkan kelas.”,Kata Bu Linda yang membuat teman-teman sekelas pada ribut bergumam. “Memang kenapa, Bu?”,Tanya ku memberanikan diri untuk bertanya. “Ada temen kalian yang kehilangan uang! Sudah, cepet tinggalkan kelas!.”,Seru Bu Linda terlihat sedikit sinis. Kurang lebih sudah sepuluh menit aku dan teman-teman yang lain menunggu di luar kelas. ‘Kemana si Lian ya?’,Tanya ku dalam hati yang tidak melihat Lian mulai tadi pagi. “Eh, ternyata si Kesya nyuri duitnya Lian. Gue nggak nyangkah banget kalau kesya pencurinya. Padahal kan, mereka teman dekat. Sumpah, Kesya jahat banget.”,Kata seseorang yang ada di gerombolan depan kelas. ‘HAH? Jadi Lian yang kehilangan duit itu. Gue nggak ngerasa nyuri. Kenapa mereka nuduh gue gitu.’,Kata ku dalam hati. “Dasar pencuri! Pencuri loe! Ngaku temen, tapi jilat dari belakang! Temen kayak apa loe!”,Kata mereka mencaciku.
“Benar ini tas kamu?”,Tanya Pak Seno sebagai kepala sekolah. “Iya, Pak. Itu tas saya.”,Jawab ku seraya menatap Pak Seno. “Jadi, kamu yang mencuri uang milik Lian?”,Tanya Pak Seno lagi. Aku melihat ke arah Lian yang berada di samping ku seraya berkata, “Tidak, Pak! Saya punya uang sendiri, tanpa mencuri pun saya masih punya uang.”,Jawab ku dengan tegas. “Tapi, uang ini jelas-jelas ada di tas kamu.”,Kata Pak Seno. “Tapi, bagaimana pun itu bukan hasil curian saya, Pak. Berapa kali saya harus meyakinkan Bapak kalau saya tidak mencuri.”,Jawabku yang seperti membentak ke arah Lian. Lian terlihat kebingungan.
“Gue nggak abis pikir. Kenapa Lian sampai memfitnah gue kayak gitu. Padahal, gue percaya banget sama dia.”,Curhat ku ke Tama. Dengan santai Tama manjawab, “Udah lah, mungkin dia ada masalah sama loe.”. “Masalah apa coba? Gue selalu berusaha jaga perasaannya. Gue berusaha menjadi sobat yang baik buat dia, Tapi, apa balasan dia ke Gue? Dia fitnah gue. bayangin!”,Kata ku yang mulai meneteskan air mata. “Apa salah gue ke dia? Gue kurang apa sih? Waktu dia di kucilin satu kelas, siapa yang nemenin dia? Waktu dia sedih, siapa yang nenangin dia? Itu semua gue,Tama.”,Kata ku seraya bersandar di bahunya Tama dan menangis terisak. Tama memeluk ku. “Gue bisa ngerasain apa yang loe rasain sekarang. Tenang aja, Tuhan pasti melihat siapa yang salah dan siapa yang benar. Gue yakin, Lian pasti khilaf ngelakuin itu.”,Kata Tama dengan tenangnya. Tama memang tidak berubah. Sikapnya yang selalu tenang dan lembut itu masih tetap ada pada dirinya.
“Gue minta maaf sama loe, Li. Kalau gue punya salah sama loe. Gue nggak tau Li, gue itu salah apa sama Loe. Sampai loe bisa ngefitnah gue kayak gini. Sakali lagi gue minta maaf.”,Kata ku kepada Lian yang lagi duduk sendirian di taman sekolah. Lian sama sekali tidak menjawab. Dia hanya diam dan tidak memperdulikan ku. Setelah lima berlalu, Lian juga tidak berkata apa-apa. Dan aku mulai menjauhinya. “Tunggu!”,Kata Lian. Sejenak aku berhenti. “Kenapa Li? Bukannya loe udah nggak mau ngomong sama gue?”,Tanya ku yang mulai duduk kembali di sebelah Lian. “Loe tahu, kenapa gue ngelakuin ini?”. “Nggak!”. “Karena gue ngerasa loe ngerebut semuanya dari gue.”. “Apa yang gue rebut dari loe?”. “Pertama, Bintang. Gue nggak abis pikir kenapa Bintang sampai suka sama loe. Sejak Bintang dekat sama loe, dia lupa sama gue. kedua, Tama. Loe itu beruntung banget. Coba loe pikir, banyak orang yang sayang sama loe. Asal loe tahu, sebelum Tama kenal loe. Dia dekat sama gue. Tapi, sekarang apa? Dia rela sujud-sujud demi loe. Gue itu kurang apa, Kesya? Kenapa loe jahat banget sama gue.”,Kata Lian panjang lebar seraya meneteskan air mata. “Maafin guu, Li. Gue nggak maksud ngerebut itu semua dari loe. Gue bener nggak tahu, kalau Bintang and Tama dulu dekat sama loe. Gue bener-bener nggak tahu. Maafin gue.”,Jawab ku seraya memeluk erat Lian. “Loe nggak salah kok, gue yang salah. Gue nggak pernah bilang sama loe, kalau gue deket sama mereka. Maafin gue juga, Kesya.”,Ujar Lian dalam tangisnya.
Bel istirahat berbunyi, seperti biasa. Aku dan Lian pergi ke kantin bersama. “Li, kalau misalnya Bintang suka sama loe?”,Tanya ku iseng seraya melahap bakso milikku. “Ehm.. Nggak mungkin banget. Dia itu sukanya sama loe!”,Jawab Lian sambil merapikan dasinya. “Mungkin aja!”,Kata ku singkat. “Udah deh itu nggak mungkin! Jangan ngaco deh.”,Jawabnya seraya meminum jus apel kesukaannya. “Idih, siapa yang ngaco? Liat aja entar!”,Ucap ku.
“Tama!”,Panggil ku ke arah Tama yang sudah di depan gerbang sekolah. “Eh, kenapa Kesya?”,Tanyanya. “Nggak pa-pa! Gue cuma mau cerita sesuatu sama loe. Loe ada waktu nggak?”,Kata ku sambil tersengal-sengal . “Em.. Ada kok! Mau kapan ceritanya?”. “Ya, sekaranglah!”. “Oke, deh!”.
“Loe mau cerita apa?”,Tanya Tama seraya duduk di bangku taman. “Loe mau nggak bantuin gue?”,Tanya ku seraya duduk di samping Tama. “Mau! Emang bantuin apa?”,Jawab Tama singkat. “Jadi, ternyata Lian itu suka sama Bintang. Gue punya ide buat jadi mak comblangnya mereka berdua. Loe mau kan bantuin gue jadi mak comblang antara mereka?”,Jelas ku yang membuatnya Tama kebingungan. “Loe mau nggak?”,Tanya ku memperjelas. “Good idea! Gue mau!”,Jawab Tama seraya melompat-lompat kegirangan. Aku benar-benar tak mengerti. “Ehm, loe kenapa?”,Tanya ku sambil mengangkat alis. “Oh, nggak pa-pa!”,Jawab Tama seraya senyum-senyum sendiri. “Aneh!”.
Perjalanan ku dan Tama sebagai mak comblang antara Lian dan Bintang memang tidak sia-sia. Seminggu telah ku lewati dengan berbagai cara mendekatkan Lian dengan Bintang. Begitu juga dengan Tama. Karena aku dan Tama bekerja sama, jadi banyak waktu yang kita lewati bersama. Mulai dari situ, aku dan Tama mencoba untuk mengulang kembali hubungan kita. Dan secara berurutan setelah aku balikan dengan Tama, ternyata Bintang mengungkapkan rasa sayangnya ke Lian. “I LOVE YOU!”,Kata Tama dan Bintang bersamaan ke arah ku dan Lian. “I LOVE YOU TOO!”,Jawab ku dan Lian dengan kompaknya. Lalu, aku dan Tama saling berpelukan dan begitu juga dengan Lian dan Bintang.


Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.