Skip to main content

Critaku nih. .


-->
Met ultah ya, Tar!”,Terucap dari bibir Mely seraya memelukku. Hari ini, hari ulang tahunku yang ke enam belas. Tidak menyangkah sekarang aku sudah enam belas tahun. Namaku Tari. Anak kedua dari tiga bersaudara. Kakak aku bernama Denta. Dan adikku bernama Cinta. Kak Denta satu sekolah dengan ku. tapi, dia kelas dua belas sedangkan aku baru kelas sepuluh. Hari ini, memang hari bersejarah sekali bagi ku. Titan, anak kelas dua belas, teman kakakku. Yang selalu ku impi-impikan, ternyata dia datang ke acara ulang tahunku. Aduh! Jatungku berdetak begitu kencang setelah melihat Titan senyum padaku. Titan di sekolah menjadi idola semua cewek, karena prestasi basketnya. Sedangkan di luar sekolah, dia di banggakan hampir semua rakyat Indonesia. Karena dia telah mengankat rakyat miskin di Indonesia. Ku dengar sih, dia mendirikan panti asuhan untuk menampung anak-anak jalanan. Hebatkan dia, masih SMA tapi sudah mengerti banyak hal tentang kemiskinan rakyat terlantar di Indonesia ini.
Eh, Tar! Ini kadonya.”,Kata Mely membubarkan lamunanku dan sekilas aku lihat ke arah Titan. “Oh, thanks ya Mel!”,Jawab ku setelah lama memikirkan Titan. “Tar!”,Terdengar Mely memanggilku. “Ya. Apa?”,Jawab ku seraya melihat ke arah Mely. “Kamu kenapa sih? kok ngeliat ke arah sana mulu? Ngeliatin kak Titan ya? Hayo ngaku?”,Kata Mely seraya mendorong-dorong tubuhku. “Nggak kok!”. “Alah! Bilang aja, nggak usah bohong deh!”. “hehe.. Iya sih!”. “Tuh kan!”.
Eh,Tar! By the way, kak Titan malam ini cakep banget ya!”,Kata Mely seraya melihat ke arah Titan. “Kok kamu jadi ikut-ikutan liatin kak Titan sih?!”,Jawabku sambil melambaikan tangan ke arah pandangan Mely. “Eh, Tar! Kak Denta kalau kayak gitu kelihatan nggak kalah sama kak Titan. Ya nggak?”,Ujar Mely seraya senyum ke arah kak Denta yang tebar pesona. “Maksud mu?”,Jawab ku sebel melihat perilaku kak Denta yang khonyol. “He.. He..!”,Mely hanya tertawa ke arahku. ‘TENG.. TENG!’,Suara dentang jam pun berbunyi menentukan kalau sekarang waktunya pesta dansa di mulai. Ku lihat Mely sudah mendekati kak Denta dan mengajak kak Denta jadi pasangan dancenya. ‘Terus aku sama siapa dong?’,Tanya ku dalam hati. Beberapa menit kemudian hentakan kaki terdengar mendekatiku. “Kak Titan?!”,Kata ku setelah melihat wajah seseorang yang mendekati ku. perasaan deg-degan menyelimutiku. “Yang ulang tahun kok nggak ikutan dance sih?”,Tanya kak Titan seolah mengajak ku dance bersama. “Iya nih, kak! Nggak ada temen dance!”,Jawabku seraya tersenyum sok manis ke arah Titan. “Em, gimana kalau dance bareng aku?”,Ajak Titan yang membuatku makin deg-degan. ‘Apa ini bener?’,Tanya ku terus dalam hati. “Ayo! Tunggu apa lagi?”,Ajak Titan yang membuatku sama sekali tak berkutik. Malam ini memang indah sekali. Titan yang ku impi-impikan dan sangat ku idolakan, sekarang dia ada di hadapanku dan dansa bareng aku. Sungguh indah duniaku. Tak terkira waktu begitu berjalan cepat, malam yang indah ini telah usai. “Selamat tidur!”,Ujar kak Denta di depan pintu kamarku.
Selamat pagi, non!”,Terdengar dari sudut pintu kamar. “Oh, Bibi.”,Kataku kepada Bibi, pembantuku yang memang sudah seperti biasanya membersihkan kamarku. “Non Tari di panggil Ibu di bawah.”,Kata Bibi setelah menyisir rambut hitamku ini. “Mau ngapain, Bi?”,Tanyaku penasaran. “Katanya mau di ajak jalan-jalan bareng den Denta dan non Cinta!”,Jawab Bibi seraya mengelus-ngelus rambutku. “Ooo”,Jawabku yang hanya mengoo. “Tari!”,Teriakan dari bawah terdengar. Sepertinya itu suara Bunda memanggilku. “Iya, Bun!”,teriakku menjawabnya. Dengan terburu-buru aku turun dengan masih menggunakan piama alias baju tidur. “Tari, abis ini cepet mandi dan pake bajumu yang Bunda kasih kemaren ya!”,Perintah Bunda kepadaku. “Emang kita mau jalan-jalan kemana sih, Bun?”,Tanyaku penasaran. “Kita di ajak Ayah jalan-jalan ke puncak.”,Jawab Bunda. Setelah panjang lebar Bunda menjelaskan, aku pergi ke atas dan segera mandi. Setelah lama aku di atas, akhirnya saatnya aku, Ayah, Bunda, kak Denta dan Cinta berangkat. Eits. Tapi, di dalam mobil, aku lihat kak Denta tidak ada. kemana ya?. “Bun, kak Denta nggak ikut ta?”,Tanya ku kepada Bunda yang sedang mengepang rambut Cinta. “Kak Denta nunggu di puncak sayang!”,Jawab Bunda seraya senyum kepadaku. “Ooo”,Seruku. Setelah lama di perjalanan, akhirnya sampai juga di villa Ayah yang ada di puncak. Ku lihat, di villa itu ada banyak orang. ‘Apa itu teman-teman kak Denta? Mungkin sih.’,Kataku dalam hati. “Kita udah sampe! Ayo turun!”,Kata Ayah seraya menarik Bunda untuk turun dari mobil.
Pagi Om, Tante!”,Sapa Titan ke arah Bunda dan Ayah. Kaget banget, setelah turun dari mobil ternyata Titan ada disana. “Kak Denta, sini deh!”,Ajakku pelan ke arah kak Denta. “Apaan sih?”,Tanya kak Denta mendekatiku. “Kak, kok kak Titan ada disini sih? Emang dia juga ikut liburang bareng kita?”,Tanya ku panjang lebar. “Iya! Emang kenapa? Seneng kan?”,Jawab kak Denta yang membuat aku tak sadarkan diri. “Tari, ayo bangun!”,Terdengar suara yang membuat aku sadar. Begitu terkejutnya aku, melihat Titan yang menemaniku saat aku pingsan. “Kak Titan?”. “Iya!”.
Di malam yang sunyi di iringi suara adzan mangrib, ku lihat kak Denta dan Titan ngobrol dengan asyiknya. Sebenarnya sih, aku ingin menghampiri mereka. Tapi, kayaknya aku tidak berani untuk melakukan itu.
Den, adek loe itu lucu ya!”,Kata Titan ke arah kak Denta yang membuatnya kaget. “Maksud loe Tari?”,Tanya kak Denta. Titan hanya menjawabnya dengan anggukan dan seulas seyuman. “Aduh, Tan! Plis deh, loe itu udah di kibulin sama mukanya Tari. Anak manja and sok teu gitu kok di bilang lucu! Darimana coba?”,Jawab kak Denta panjang lebar seraya meninggalkan Titan sendirian.
Setelah lama aku tunggu, akhirnya aku lihat kak Denta meninggalkan Titan. Dengan keberanian yang kuat, aku beranikan diri untuk mendekati Titan. “Ehm..!”. “Eh, kamu Tar! Kok keluar sih?”,Tanya Titan ke arahku. “Lagi nyari angin aja! Kak Titan sendiri ngapain malem-malem gini disini?”,Jawab ku seraya melihat ke arahnya. “Aslinya sih tadi ada Denta!”,Jawab Titan yang belum selesai menjelaskan. “Ooo! Oh, iya kak. Makasih ya, tadi dah nemenin aku!”,Selahku seraya tersenyum manis ke arahnya. “Nggak pa-pa lagi. biasa aja.”,Jawabnya datar. “Kak, aku boleh nanya sesuatu nggak?”. “Apa?”. “Denger-dengerkan, kakak punya panti asuhan sendiri buat nampung anak-anak jalanan gitu! Emang bener ta? Terus tempatnya dimana?”,Tanya ku seraya melihat ke arah Titan. “Iya sih, kak Titan emang punya panti! Tapi, nggak bagus-bagus amat! Kalau kamu mau tau, gimana kalau kapan-kapan tak ajak kesana?”. “Emang boleh?”. “Kenapa nggak!”.
Kukuruuyuuk..!!’,Terdengar suara ayam berkokok yang membangunkanku. Aku beranjak dari tempat tidur. “Pagi, Bun!”,Sapa ku kepada Bunda yang lagi menata meja makan. “Pagi sayang! Kok belum mandi sih? mandi dulu gih!”Jawab Bunda seraya menuangkan air putih disetiap gelas di meja makan. “Males ah! Entar aja.”,Sebelum aku selesai bicara terdengar suara dari balik badanku. “Kenapa males mandi?”. “Eh, kak Titan! Nggak kok, siapa yang males mandi!”,Kata ku kaget setelah melihat Titan di belakangku. Beberapa detik kemudian, aku beranjak pergi ke kamar mandi.
Tante, aku boleh ngajak Tari jalan-jalan nggak?”,Tanya Titan ke arah Bunda setelah aku menjauh dari meja makan. Hanya itu yang ku dengar. Seneng banget rasanya. Titan bakalan ngajakin aku jalan.
Ayah, Bunda, kak Denta, Cinta, dan Titan sudah berada di meja makan. “Pagi semua!”,Sapaku ke arah semuanya. “Pagi Tari!”,Jawab Titan seraya tersenyum padaku. “Tan, entar ikut aku ke kebun teh punya bokap gue ya!”,Ajak kak Denta ke arah Titan yang sedang menuangkan teh ke dalam gelasnya. “Sorry, Den! Gue nggak bisa!”,Jawab Titan. “Gue mau ngajak adek loe jalan!”,Bisik Titan ke arah kak Denta. “Maksud loe si Tari?”,Tanya kak Denta balik. Titan hanya mangangguk sekali. Selesai makan, Bunda menyuruhku untuk membereskan meja makan. “Oke deh, Bun!”,Jawabku seraya membawa beberapa piring ke dapur.
Hai, Tar! Boleh dong aku bantuin!”,Sapa seseorang yang ada di belakangku. “Oo, boleh banget!”,Jawabku setelah melihat itu ternyata Titan. Setelah tiga piring aku cuci, Titan memulai untuk mengajakku berbicara. “Tari, abis gini ada kerjaan nggak?”. “Emm..”. “Kalau ada, juga nggak pa-pa kok!”. Selah Titan. “Nggak ada kok! Emang kenapa kak?”. “Nggak pa-pa sih! aku cuma mau ngajak jalan!”. “Siapa yang mau diajak kak Titan jalan?”. “Ya, Tari lah.”,Jawab Titan seraya mencubit pipi ku. “He.. He..”.
Di tengah-tengah kebun teh, serta banyaknya burung-burung berterbangan. Hari ini, bagiku hari yang sangat indah. Bagaikan aku sudah berada di surga. ‘Ya, Tuhan! Lamakan hari ini.’,Pintaku dalam hati seraya melihat senyum Titan yang amat manis. “Kak, kita metik daun teh yuk!”,Ajak ku ke arah Titan. “Yuk!”,Jawabnya seraya menarik tanganku. Wow.. lagi-lagi Titan membuat aku deg-degan.
Hari makin sore, aku dan Titan pun pulang. Di tengah perjalanan, “Tar, loe cantik banget! Eh, maksud aku. kamu cantik banget.”. Titan sudah keren, jago basket, pinter muji lagi. Aku cuma membalasnya dengan senyuman. Sesampainya di villa aku dan Titan berpapasan dengan kak Denta. Dan sepertinya kak Denta ingin mengatakan sesuatu ke Titan. “Tan, loe harus ikut gue! gue mau ngomong sesuatu ke loe! Ayo!”,Ajak kak Denta ke arah Titan seraya menarik Titan menjauh dariku. Aku beranjak masuk ke dalam villa dan kak Denta ngobrol dengan Titan dihalaman belakang villa.
Tan, loe bener-bener suka sama adek gue?”,Tanya kak Denta kepeda Titan. “Loe kenapa sih?”,Jawab Titan bingung melihat tingkah kak Denta yang sok peduli dengan perasaannya. “Nggak! Gue cuma pengen tau aja. Jangan sampe loe nyakitin adek gue.”. “Tenang aja, Den! Loe tau sendiri kalau gue dah sayang sama satu cewek, ya gue nggak bakalan nyakitin dia.”,Kata Titan ke arah kak Denta. “Ya, gue harap juga gitu! Jagain adek gue and jangan sampe bikin dia nangis sekalipun. Oke!”. “Oke!”.
Matahari sudah mulai terbenam, dan malam pun tiba. ‘Tok.. Tok.. Tok..”,Terdengar ketukan pintu luar kamarku. “Eh, kak Titan! Ada apa, kak?”, Kataku di hadapan Titan. “Tari belum tidur kan? Mau ikut aku bentar nggak?”,Ajak Titan seraya menarik tanganku dan berjalan menuju luar villa. “Ada apa sih, kak? Kok kita kesini sih?”,Tanyaku seraya melihat wajah Titan yang terlihat serius. “Tar, aku mau ngomong sesuatu ke kamu!”,Kata Titan yang membuat aku penasaran. “Apa, kak? Ngomong aja!”,Jawab ku yang samakin penasaran. “Em.. Em.. Em..”. “Em.. am.. em..! Ngimong apaan sih, kak! Dingin nih!”,Kataku seraya melihat ke arah Titan. “Kamu kedinginan ya? Nih pake aja!”,Kata Titan seraya memakaikan jaketnya untukku. “Makasih! Oh, iya kak. Tadi mau ngomong apa?”,Jawabku yang makin dibuatnya penasaran. “Ehm.. Gini loh! Aku itu. Aku itu sayang sama Tari. Tari mau jadi pacarnya kak Titan?”,TanyaTitan yang membuatku ingin pingsan sesaat saja. Malu, terpesona, campur jadi satu deh. ‘Ya, Tuhan. Terima kasih atas semuanya!’,Kataku dalam hati. “Tar, mau nggak?”,Tanya Titan yang membubarkan lamunanku. “Ta.. Pi.. Ta.. Ri.. Ng.. Nggak.. bisa jawab sekarang!”,Jawabku terbata-bata. “Nggak bisa sekarang ya? Ya, udah deh nggak pa-pa kok!”,Kata Titan seraya mengajakku masuk dalam villa dan mengantarkanku samapi depan kamar. “Selamat tidur! Mimpi indah ya!”,Kata Titan sebelum menjauhiku.
Em.. Harum banget! Kak Titan..”,Kataku seraya memeluk jaket milik Titan. ‘Tuhan, aku harus jawab apa?’,Kataku dalam hati dan mulai memejamkan mata.
Pagi, dek!”,Sapa kak Denta membangunkanku. “Em.. Hooaamm.. Pagi kak!”,Jawabku seraya bangun dan duduk di samping kak Denta. “Dek, kamu abis di tembak sama Titan ya?”,Tanya kak Denta yang membuataku kaget. “Iya! Emang kenapa, kak?”. “Kamu jawab apa?”. “Aku belom jawab! Emang kenapa sih, kak?”. “Ya, nggak! Cuma nanya doang.”. “Ooo..”. “Dek, emang entar kamu mau jawab apa?”. “Nggak tau nih, aku juga bingung, kak!”. “Kamu suka atau nggak sama dia?”. “Kalau mau jujur sih, aku suka ma dia.”. “Eh, dek! Maem yuk!”,Ajak kak Denta seraya menarikku.
Setelah aku dan kak Denta ke meja makan. Ternyata semuanya sudah ada di depan meja makan. “Pagi, Bun!”,Sapa kak Denta ke arah Bunda seraya menyium pipi kanan Bunda. “Pagi, Ayah!”,Sapa ku ke arah Ayah seraya menyium pipi kiri Ayah. “Hai, Tar!”,Sapa Titan seraya senyum ke arah ku. Jawaban yang aku berikan hanyalah seulas senyuman manisku. “Dek, kakak cuma beri tau! Berikan yang terbaik buat kamu sendiri! Ok!”,Bisik kak Denta di sampingku.
Hey, kok sendirian?”,Sapa Titan seraya melihat ke arah ku. Gugup. “Hai!”,Jawabku sedikit terpaku. “Tari entar siang ada kerjaan nggak?”,Tanya Titan seraya melemparkan batu kerikil ke arah kolam. “Nggak ada deh kayaknya. Emang kenapa, kak?”,Jawabku seraya melihat Titan. Tiba-tiba, tanganku di pegang Titan dan ia pun berkata, “I love u!”.
Sore ini aku sekeluarga pulang karena liburan telah usai. Besok aku akan masuk sekolah dengan cara yang berbeda. Kerena besok aku tidak akan sekolah dengan naik bus kota lagi. aku akan di antar-jemput sama Titan. Di tengah perjalanan pulang, Cinta menangis tanpa alasan. Bunda berusaha menenangkannya, tapi Cinta masih juga tetap menangis. Malah sekarang tangisan Cinta mulai menjadi-jadi. Aku berusaha untuk membuatnya tidak menangis. Permen, coklat kesukaan ku pun sudah ku beri padanya tapi tak memberentikan tangisannya. Bingung. “Cinta diem!”,Kataku yang berusaha untuk membuat Cinta berhenti menangis. Tapi, tetap saja tak mengubah apapun.
Sekilas aku melihat ke arah depan, dan..Ternyata ada truk besar di depan mobil Ayah. Ayah berusaha menekan rem mobilnya. Tapi, ternyata rem mobil Ayah tak berpengaruh. Truk besar itu semakin dekat. Akhirnya Ayah membanting setir ke kanan dan ternyata kanan mobil adalah jurang. Aku dan semua orang dalam mobil berteriak histeris. Dan Cinta menangis semakin kencang. Ini adalah kejadian yang tidak ku harapkan. Mobil Ayah terlempar ke jurang dan..
Setelah aku terbangun, aku sudah berada di sebuah tempat yang dimana tak banyak orang ada disini. Aku bertanya-tanya, “Aku ada dimana? Dimana Bunda? Ayah dimana? Mana Cinta dan kak Denta?”. Tak lama setelah itu, ada orang yang menghampiriku. Ternyata itu adalah Titan. Titan menjelaskan semuanya kepadaku. Dia bilang kalau Ayah, Bunda, dan Cinta sudah tidak ada. aku begitu putus asa mendengarnya. Ini bukan takdir yang ku harapkan. Ini semua tidak adil menurutku. Kini aku hidup hanya bersama kak Denta. Setelah kejadian itu, kak Dentalah yang merawatku. Meski sekarang kak Denta tak lagi bisa berjalan. Dokter memfonisnya lumpuh. ‘Kenapa Tuhan menakdirkan ini semua?’,Tanya ku terus dalam hati seraya mendorong kursi roda kak Denta. Tetapi, meski kini tak ada lagi Bunda, Ayah, dan Cinta. Mereka tetap masih ada di dalam lubuk hatiku yang paling dalam. Mulai saat kejadian itu terjadi, setiap aku mendengar tangisan anak kecil, aku selalu ingat pada Cinta. Aku tahu, ternyata tangisan Cinta waktu itu adalah tangisan terakhirnya. ‘Ayah, Bunda, Adek. Aku kangen sama kalian bertiga.’,Kataku dalam hati seraya menutup hari ini.
Hai, Tar!”,Sapa Mely seraya menghapus air mataku. Hari ini, aku mulai bersekolah seperti biasanya. “Tar, aku turut berduka cita! Jangan nangis dong. Kamu itu masih beruntung. Kamu juga nggak sendiri kok, kan masih ada aku, kak Denta, dan kak Titan yang sayang sama kamu.”,Kata Mely berusaha menghiburku. Sekilas aku langsung memeluk Mely sangat kencang. “Makasih ya, Mel!”,Kataku kepada Mely. “Iya!”,Jawab Mely sambil menganggukan kepala. Pelajaran pertama pun dimulai. Seperti biasa, aku mendengarkan guru kimia menjelaskan di depan kelas.
Teng.. Teng..’,Terdengar suara bel menandakan jam istirahat. “Tar, kekantin yuk!”,Ajak Mely ke arah ku. Aku mulai beranjak dan meninggalkan kelas.
Di kantin aku berpapasan dengan Titan. Dan dia menyapa ku dengan seulas senyuman. “Tar, kamu udah jadian ta sama kak Titan?”,Tanya Mely seraya melihat ke arah Titan. “Belom!”,Jawab ku seraya menggelengkan kepala. “Emang kenapa? Bukannya kak Titan udah nembak kamu!”,Kata Mely yang terlihat penasaran. “Kamu kok tau kalau dia nembak aku?”,Tanya ku yang penasaran balik. “Aku tau dari kak Denta! He.. dia bilang ke aku kalau kamu di tembak sama kak Titan. And kamu tau nggak, Tar?”,Cerosos Mely. “Nggak!”,Sahutku menyelah. “Aku ditembak sama kakak mu! Tapi, lewat SMS sih.”,Jawab Mely yang membuat ku kaget. “So? Kamu terima?”. “Ya, iyalah! Lagian kak Denta kan cakep terus aku juga lagi jomblo.”,Kata Mely yang seperti menampar mukaku. Lebay. “APAAAAA???!!!”
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Titan mengantarkan aku pulang dengan sepeda motornya. Setelah sampai di depan rumah, Titan menyium keningku. Wow, so sweet. “Ya, udah. Masuk gih! Salam buat Denta ya.”,Kata Titan dengan lembutnya.
KAK DENTA..”,Teriakku dan terus memanggil-manggil nama kak Denta. “Aku disini, dek!”,Jawab kak Denta dengan nada teriak. Aku segera masuk ke kamar kak Denta. Dan ku lihat kak Denta sedang duduk di kursi roda di depan kaca. “Kak, tadi dapet salam dari kak Titan.”,Kataku yang tidak di jawabnya. “Kakak kenapa?”,Tanya ku. “Dek, kakak ngerasa nggak ada gunanya lagi. kakak nggak bisa jagain kamu!”,Jawab kak Denta dan terus melihat banyangan dirinya dalam cermin. “Emang kenapa, kak? Apa Tari bikin kesalahan? Kenapa, kak?”,Tanyaku seraya memeluk kak Denta. “Kakak nggak bisa jalan, dek! Kakak nggak bisa jagain kamu!”,Kata kak Denta seraya meneteskan air mata. “Kakak nggak bisa jalan, bukan berarti kakak nggak bisa jagain aku! Aku sayang sama kakak. Kakak jangan ninggalin aku ya.”,Kataku seraya menghapus air mata kak Denta. “Kakak janji ya nggak bakalan ninggalin aku?”,Tanyaku kepada kak Denta. Dan kak Denta Cuma menjawabnya dengan mengangguk.
Tinggal kak Denta yang ku punya saat ini. Ayah, Bunda, dan Cinta sudah di samping Tuhan. Mungkin ini saatnya aku mandiri dan menjadi Tari yang tegar dalam menghadapi semuanya. Dan menunjukkan pada dunia, Tari masih hidup tanpa orang tua. ‘Terima kasih Tuhan. Kau masih sisakan kak Denta untuk menemaniku!’,Kata ku dalam hati seraya menutup mata.
Pagi, dek!”,Sapa kak Denta di kursi rodanya. “Em.. Hoamm.. Pagi, kak! Eh, kak ada bau enak deh kayaknya. Em.. Em.. lezat! Bau apa ini, kak?”,Tanyaku kepada kak Denta. “Ayo, buruan mandi and maem bareng kakak!”,Suruh kak Denta kepadaku. “Ok deh!”.
Em.. Enak banget, kak! Nih siapa yang masak?”,Tanya ku seraya melahap sesuap nasi plus bihun. “Siapa dulu dong, kakak gitu loh!”. “Jadi kakak yang bikin?”. “Nggak!”. Gubraaaakkk!!!. “Terus, siapa yang masak ini semua?”,Tanya ku penasaran. “Aku!”,Jawab seseorang dari balik pintu. “Hah..?!”,Ucapku kaget melihat Mely. Ternyata yang memasak makanan ini semua adalah Mely. “Jadi, kamu Mel? Baru tau kalau kamu bisa masak!”,Sidir ku seraya mendekati Mely. “Bukannya kamu males masak alias nggak bisa masak?”,Bisik ku mendekati Mely. “He.. He.. Demi kak Denta. Aku rela ngambil resep ini dari mama! He.. He.. He..”,Jawab Mely berbisik ke telingaku. “Dasar!”.
Tari!!!”,Teriak kak Denta memanggilku. “Iya, bentar!”,Jawabku seraya turun dari tangga dan langsung menuju ke arah kak Denta. “Tar, aku mau ngajak kakak mu jalan-jalan bentar ya?”,Tanya Mely ke arah ku. “Aku ikut dong!”. “Nggak! Kalau kamu ikut jadi nggak seru entar!”,Jawab Mely yang membuatku sedikit tidak terima. Mau menjawab kak Denta keburu bicara, “Udah adek disini aja. Entar Titan kesini kok!”. Wow. Kaget plus senang. “Beneran?”,Tanyaku dengan mata berbinar. “Iya!”. ‘Yeee.. Akhirnya aku bisa berduan lagi sama Titan! Ha.. Ha.. Ha..’,Tawaku dalam hati.
Jam dinding menunjukkan pukul sepuluh tiga puluh. Terdengar bunyi bel rumah, menandakan kalau Titan sudah datang. Wah.. Seneng deh. “Tari.. Tari..!!”,Teriak Titan dari balik pintu rumahku. “Hai, kak!”,Jawabku setelah membukakan pintunya. Dan sepertinya, ku lihat Titan tidak sendiri. “Siapa kak?”,Tanya ku seraya menunjuk ke arah belakang Titan. “Oh, iya! Nih kenalin adek ku.”,Kata Titan mengenalkan seseorang yang katanya itu adiknya. Sejenak aku berpikir. Anehnya kak Denta pernah cerita kalau Titan tidak punya saudara alias anak tunggal. “Hm.. Adik kak Titan?”. “Iya, adek aku! Maksudku adek dari panti.”. “Ooo..! Masuk deh!”.
Kak Titan, itu pacar kakak ya?”,Tanya Daus (adik Titan, Katanya. He.. He..). “Iya! Cantik ya?”,Jawab Titan yang membuat aku nyaris terbang melayang. Eits, tapi kapan aku jadi pacarnya. ‘Ih, wow. Aku di bilang cantik? He..’,Kataku dalam hati. “Bentar ya, aku buatin minum dulu!”,Kataku sok manis. Titan dan Daus hanya tertawa kecil. Lalu, aku beranjak meninggalkan ruang tamu dan pergi ke dapur. ‘Tok.. Tok..’,Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Yang sepertinya itu kak Denta dan Mely. Setelah lama aku membuat orange juice untuk Titan dan Daus, aku segera berjalan ke ruang tamu. Dan ternyata disana, ku lihat sudah ada kak Denta dan Mely yang mengobrol asyik dengan Titan dan Daus. “Eh, kak Denta udah pulang toh!”. “Tar, tau nggak?”,Kata Mely menyambut. “Nggak tau!”,Selahku. “Ya, udah!”,Jawab Mely seraya cemberut. “Yah, gitu aja marah!”. “Nggak! Biasa aja!”.
Setelah lama, kita mengobrol dan canda-tawa. Titan mengajak Daus pulang. “Tar, aku sama Daus pamit pulang ya. Udah sore!”,Pamit Titan ke arahku. “Oh, iya deh! aku antar ya!”,Ajak ku. “Nggak usah kali.”. “Oh, ya udah. Hati-hati ya. Bye!”.
Duh, bingung deh! aslinya aku itu suka nggak sih sama kak Titan? Ya, Tuhan pertanyaan kak Titan itu. Kenapa nggak di ulangi lagi sih!”,Kata ku yang lalu menidurkanku.
Pagi, adek! Bangun gih!”,Kata kak Denta seraya membuka tirai jendela kamarku. “Huh.. Kak!”,Kata ku memulai obrolan. “Em.. Apa?”,Jawab kak Denta melempar tanya. “Aku boleh minta tolong nggak, kak?”. “Minta tolong apa? Jadi penasaran nih.”,Kata kak Denta yang terlihat sangat penasaran. “Kak, bilangin kak Titan dong. Suruh nembak aku lagi!”,Kataku yang sedikit malu mengatakkannya. “Ha.. Ha.. Ha.. Ha.. Jadi?”,Jawab kak Denta seraya tertawa terbahak-bahak. “Iya!”,Kataku. “Kakak tau, adek suka sama Titan kan? Udah deh kalau suka bilang aja!”. “Iya deh! Oh, iya. Kak, aku mau mandi dulu ya! Terus mau langsung berangkat aja. Otre!”.
Hey.. Pagi sayang!”,Sapa seseorang dari belakangku. “Sayang???”,Jawabku seraya menoleh kebekalang dan ternyata itu Titan. “Yups!”,JawabTitan yang semakin membuatku bingung. “Maksudnya?”,Tanyaku padanya. “Tadi, Denta telpon aku. katanya adeknya yang paling cute ini suka sama aku.”,Jawabnya membuat aku mati gaya karena malu. Malu banget. “Terus, kak Titan percaya gitu?”. “Ya, iya! Terus harus gimana dong? Harus diem aja gitu, ngeliat orang yang kakak suka ternyata juga suka sama kakak.”. “He.. Becanda kali, kak! Jadi?”,Kataku. Titan hanya tersenyum seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dan. “Ehm.. Cie-cie! Ada yang baru jadian nih!”,Sorak teman-teman yang ternyata dari tadi menguping. Mulai dari saat itu namaku jadi terkenal di seluruh penjuru sekolah. Di mading sekolah pasti tercantum namaku dan Titan. Yah, beginilah namanya juga orang cantik. He..


Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.