Skip to main content

Bersama Vina (3)

HAIIII! Sudah hampir sebulan lalu cerita bersama Vina yang kedua, bersama Vina yang ketiga ini aku mau cerita tentang teman, sahabat, adek juga bisa sih karena emang dia lebih muda dari aku haha. Namanya Titis, entah itu nama dari mana karena nama aslinya bukan itu. Awal kita mengenal dekat karena kita satu kelas, dan sering banget ke kantin bareng. Bahkan ga cuma di kelas, di kampus, bahkan di luar kampus kita masih banyak kegiatan bareng. Entah makan, makan, atau makan wkwk, intinya kita dekat karena punya hobi yang sama, yaitu MAKAN. Tapi jangan dikira kita temenan isinya cuma makan, karena sudah banyak hal-hal yang aku ceritakan ke dia. Dari hal paling ga penting, sampe hal yang paling sensitif dalam hidup aku. Jarang kita ngomongin orang lain, karena kehidupan kita masing-masing juga banyak drama. 

Drama part #1

Entah kita kenapa, dapat tugas dan isinya kita plonga-plongo alhasil ngerjain tugas seharian full sampai subuh baru kelar. Padahal presentasi jam tujuh pagi, hal tergila yang pernah aku lakukan sepanjang hidup rasanya. Setelah presentasi, kita ketawa bareng wkwk entah hasilnya gimana tapi yang penting udah kelar tuh tugas haha. Terakhir aku ketemu dia, ternyata cerita ini masih jadi kenangan yang bisa kita bahas sambil ketawa. Karena dengan tidak sadar, ternyata tugas ini juga yang kita gunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir kita wkwk. Astaga lebih parahnya, kita baru bener-bener paham tentang tugas ini karena kita membuat Tugas Akhir ini. Emejing.

Drama part #2

Karena seringnya kita kekantin bareng, kita jadi tau apa yang akan kita makan masing-masing, dan memprediksikan apa yang akan terjadi di kantin nanti. Setiap kita makan, pasti ada aja yang terjadi, entah dia teriak, lompat-lompat, sampai lari keluar kantin. Dia takut banget sama kucing, yang awalnya aku biasa aja ngeliat kucing, gara-gara dia sering ketakutan aku jadi ikutan parno. Entah ya aku merasa kucing di kantin emang kayak dukun fix. Dia tau kita takut, jadi dia seakan malah mendekat ke kita, sampai suatu saat ada kejadian, kita lagi makan enak-enak nih, diem, ayem, tiba-tiba ada kucing lompat dong ke kursi dan kepalanya nengok piring kita. Gokil nih kucing, andai aku bisa bahasa kucing, tuh kucing pengen banget aku tanyain dimana rumahnya hmm.

Drama part #3

Setiap kita keluar kampus, alias "makan" di luar kampus. Ini kejadian selalu aku inget sampe sekarang karena agak memalukan sih. Di dekat kampus kita ada Mall dan iya memang kita tidak sering kesitu cumaaaa kalau kesitu kita pasti makannya ayam "R" tau kan? ayam dengan bumbu level-levelan itu loh. Karena aku emang bukan pecinta pedas ya, dan ga bisa makan pedes, aku udah mempersiapkan nih buat bilang ke mbaknya kalau aku pesen level 0 aja gitu. Eh, waktu di kasir dia yang pesen duluan, "Mbak, yang satu level 3, yang satu level cupu buat anak kecil pokoknya mba" WKWKWK yaAllah aku ngakak, sampai mbaknya ikutan ketawa. Malu woi, astaga jujurly pengen pura-pura pingsan aja. Thankyou loh!

Mau cerita drama yang lain cuma ga bakal ada abisnya sih, sebahagia itu aku mengenalmu loh! Kalau K*C jagonya Ayam, jadi teman, dan sahabat yang baik itu jagonya kamu sih haha. Makasih ya sudah tahan banting dan betah banget jadi temen aku yang sangat menyebalkan ini. Sukses terus buat kamu, dari karir sampe ke hubungan kamu kedepannya. Aku berharap kita bisa temenan sampai kapanpun, jangan lupain aku ya meskipun kita nantinya bakal jarang ketemu. Keeping touch pokoknya! Oiya, jadi kapan kita ke Bonbin? wkwk. Love you, Tis!







Comments

  1. aaaa, Masya Allah. Makasihh lho beb udah nulis ini, aku terhura banget km masih inget kisah-kisah kita haha. Semoga kita bisa tetap jadi saudara, sahabat till jannah yak haha, klo bisa gini terus ya sampai punya cucu.

    Tunggu aku bakal buat cerita tentang km yaaa, habis ini bakal buat blog aku haha
    Love You Too bebbb <3

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.