Skip to main content

Praktek Pengalaman Lapangan II (PPL II)

Sudah sebulan ini aku menjalani PPL atau bisa dibilang praktek kerja gitu deh. Awalnya menyenangkan bisa kenal banyak orang. Temanku makin bertambah. Yang tadinya gakenal sama mahasiswa luar prodiku, sekarang jadi kenal meskipun gabanyak. Oiya, sampe lupa bilang aku ini kuliah dijurusan pendidikan, jadi prakteknya ya ga jauh dari lingkup pendidikan. Aku praktek jadi guru di salah satu sekolah swasta di Surabaya. Dengar-dengar siswa sekolah ini sangat luar biasa. Bukan cuma luar biasa dibidang ekstrakulikuler tapi juga dibidang kenakalan remaja. Sempet kaget pas lagi piket disekolah, melihat anak perempuan berjilbab siswa kelas 9 ini dihukum karna menggelapkan dana bantuan dari sekolah. Anak semanis ini bisa berpikir sangat pendek dalam melakukan sesuatu. Ga cuma itu, dia juga sempet kena hukuman karena terdapat tindikan di lidahnya, dan rambutnya disambung. Parah guys. Aku sempet terpana melihat dan mendengarnya dimarahin beberapa guru. Dan yang membuat aku menerka-nerka ibunya hanya diam dan tidak berbicara satu katapun melihat anaknya menangis. Mirisnya anak sekolah jaman sekarang. Sudah mengenal banyak hal yang bisa merusak dirinya sendiri.

Lepas dari cerita tadi ya guys, aku disekolah ini diberi kesempatan buat ngajar 2 kelas, satu kelas unggulan dan satu kelas regular. Dan memang terlihat sangat berbeda. Aku udah sebulan ini mengajar, rasanya udah gakuat banget ngajar anak kelas regular. Bukan cuma karena mereka rame sendiri. Tapi tingkahnya ituloh yang kadang buat aku capek sendiri. Dijelaskan makin gajelas, didiemin makin ngelunjak. Aku tau tidak sepantasnya guru ngambek sama muridnya. Tapi rasanya lelah banget. Sedangkan dikelas unggulan beda banget guys, mereka lebih gampang dikendalikan. Mereka sangat membuat aku nyaman bersama mereka. Tapi sebenernya aku sayang sama mereka semua. Aku sayang sama mereka yang dikelas regular ataupun kelas unggulan. Kareana mereka aku tau karakter anak itu berbeda. Gabisa aku menyamakan mereka. Karena memang mereka berbeda. Mereka punya kelebihan masing-masing. Terimakasih anak-anakku. Semoga kalian menjadi anak yang sukses dan selalu jalan dibawah lindungan-Nya. Amiin.

Comments

Popular posts from this blog

Bersama Mereka

 Mungkin tidak banyak yang tau, kalau aku sekarang mendapatkan amanah menjadi guru disalah satu madrasah ibtidaiyah di kota ini. Dengan lulusan aku yang pendidikan matematika, awalnya aku hanya mengajar pelajaran matematika dibeberapa kelas saja. Tapi tahun kedua, aku diberikan kesempatan untuk menjadi wali kelas. Dan cerita ini dimulai, senang rasanya bisa hadir di tengah-tengah mereka yang  on the way  remaja. Dari perubahan fisik sampai ke kepribadiannya.  Setiap hari ada banyak hal yang kita lalui bersama, bukan hanya mereka yang belajar tapi akupun ikut belajar dari mereka. Karena terkenalnya kelas ini paling super segalanya, dari bermacam-macam karakternya sampai kenakalannya. Tapi itu tidak membuatku menyerah bersama mereka. Membuat suasana kelas seperti apa yang mereka inginkan adalah salah satu tugas utama bagiku. Salah satunya mengelompokkan mereka menjadi beberapa grup lalu belajar dengan bermain.  Tidak hanya pembelajaran di kelas yang kami lalui bersama, tapi kegiatan-kegi

Kosong

Hai! Mungkin ini bukan pertama kali aku merasa berbeda. Em, sorry bukan berbeda boleh dibilang spesial. Pernikahanku berjalan tujuh bulan dan alhamdulillah aku positif hamil. Kami tidak menyangkah karena honestly kami bertemu hanya beberapa kali selama pernikahan. Jarak ribuan kilometer yang memisahkan kami, membuat kami jarang bertemu. Dengan adanya sesuatu diperut ini sedikit banyak mengubah dunia kami. Dari cara berpikir, sampai cara bersyukur.  Satu bulan kehamilan ini aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit swasta. Memastikan, dan memeriksa keadaannya. Entah apa yang aku dengar ini membuatku bimbang tentang keberadaannya. "Masih belum terlihat karena rahim retrofleksi". Aku sempat diberikan obat penguat kandungan dan beberapa vitamin. Dokter menyarankan untuk kembali setelah minggu ke sepuluh. Sepulang dari sana, aku mencari tau apa yang dikata dokter tadi. Kata yang ku ingat hanya retrofleksi. Okay. Aku mengabari suami yang saat itu sedang bekerja, dia sempat kaget da

18 Februari 2023

Hari itu tepat 18 Februari 2023 jam 09.00 wib, dia mengucapkan janji bahwa dia akan menerima kelebihan dan kekuranganku, menjaga dan membimbingku, mengasihi dan menyayangiku sepanjang waktu kami mengarungi kehidupan ini. Terima kasih telah menjadi akhir yang membahagiakan dalam senyum ini. Air mata yang jatuh itu akan aku balas dengan seluruh kasih sayang yang aku miliki. Sungguh.